Thursday 19 December 2013

Bacaan Hadiah Tawasul-an

Bacaan tawasul atau sering di sebut dengan tawasulan, adalah bacaan yang di hadiahkan untuk junjungan kita Nabi Muhammad S.A.W, yang bertujuan untuk mendoakan, menghadiahkan bacaan ini buat sodara sodara muslim kita. berikut adalah Bacaan Tawasul Lengkap .
Bacaan Hadiah Tawasul-an
Diawali dengan membaca rurah Al-Fatihah

  •     Istighfar …… 3 x
  •     Sahadat …… 1 x
  •     Sholawat …… 1 x
Bismillahirrohmaanirrohiim
Ilaa hadlrotin nabiyyil mushthofaa saiyidinaa Muhammadin rosullillahi shollallohu ‘alaihi wa salama wa azwaajihii, wa auladihii, wa dzurriyyaatihii, wa ahli baitihii, wa ikhwanihii minal anbiyaai’, wal mursaliina ‘alaihimush sholaatu wa salaamu wa aali kulli minhum ajma’iina, wal malaaikatil muqorrobiina, Syaiulillahum —– Al Fatihah
( kemudian membaca surah Al-Fatihah , Intinya pada saat  ada bunyian Al-fatihah , wajib membaca Al – fatihah, begitu seterusnya, dan biasanya tawasulnya yang membacakan satu orang saja yang di anggap sebagai imam, dalam hal ini jika kita berdoanya rame rame, dan para jemaat yang lain wajib membaca alfatihah di saat imam bilang : Al-Fatihah )
Wa ilaa hadloroti khulafaa ir-rosyidiinal arba’ati, Abi bakri wa ‘umar wa utsman wa ‘aliy wa jamii’ish shohaabati wal qoroobati wat taabi’iina wal aimmatil arba’atil mujtahidiina rodliyallohu ‘anhum, Syaiulillahum —– Al Fatihah
Tsumma ilaa hadloroti mursaliina nabiyulloh Khidir alaihis salam, Syaiulillahu —– Al Fatihah
Wa ilaa hadloroti jamii’i auliyaa illahi ta’ala mim masyaa riqil ardhi ilaa waghoribiha fii barriha wa bahrihaa khushuushon ilaa hadloroti quthbil ghoutsi wa muhyis sunnati wad diini imaaminaa wa qudwatina wa sayyidina sulthonil auliyaai’sy syech ‘Abdul Qodir Jailani wa syech Abi Hasan Syadzilii wa syech Abii Abdillah Muhammad ibni Muhammad ibni Yusuf Sanusi qodda sallohu sirrohum wa nafa’ana wa azwaajina wa aulaadana wa dzuriyatina wa jamii’i ahlil islam bihim wa bibarokatihim wa bikaromatihim amiin yaa robbal ‘alamiina, Syaiulillahum —– Al Fatihah
Wa ilaa hadloroti jamii’I ‘ulamaai’ lillahi ta’ala fil masyariqi wal maghribi khushuson ilaa hadloroti :
  • Sunan Maulana Malik Ibrahin
  • Sunan Ampel (Raden Ahmad Rahmatulloh)
  • Sunan Drajat (Raden Syarifuddin Hasyim)
  • Sunan Bonang (Raden Machdum Ibrahim
  • Sunan Kalijogo (Raden Syahid)
  • Sunan Gunung Jati (Raden Syarif Maulana Hidayatullah)
  • Sunan Giri (Raden Paku Syarif Muhammad ‘Ainul Yaqin)
  • Sunan Kudus (Syaid Ja’far Shodiq)
  • Sunan Muria (Raden Umar Said)
Wa nafa’ana wa azwaajina wa aulaadana wa dzuriyatina wa jamii’i ahlil islam bihim wa bibarokatihim wa bikaromatihim amiin yaa robbal ‘alamiina, Syaiulillahum —– Al Fatihah
Tsumma ilaa hadloroti :
  • Syech Maulana Hasanudin (Sulton Banten)
  • Syech Maulana Yusuf (Banten)
  • Syech Muhammad Asnawi (Caringin Labuan)
  • Kyai Haji Kholil (Bangkalan, Madura)
( di bagian ini kita boleh saja mengganti nama nama tokoh masyarakat seperti kiyai yang sudah meninggal, ataupun para leluhur desa atau kampung halaman )
Wa nafa’ana wa azwaajina wa aulaadana wa dzuriyatina wa jamii’i ahlil islam bihim wa bibarokatihim wa bikaromatihim amiin yaa robbal ‘alamiina, Syaiulillahum —– Al Fatihah
Tsumma ilaa arwahi abaaina wa umahatina wa azwaajina wa aulaadina wa dzurriyyatina wa ajdaadina wa jaddatina wa ikhwanina wa akhowa-tina wa a’maamina wa ‘ammatina wa akhwalina wa kholatina wa jamii’i aqribaaina wa ahabbaaina wa jamii’i man lahum haqqu ‘alaina wa jamii’i man da’aalana bi khoirin khushuson ilaa ruhi:
……………… bin ……………
……………… bin ……………
……………… bin ……………
(Nama orang tua, kakak adik, saudara, teman, dan lain-lain yang telah tiada)
ghofarollohu dzunubahum wa sataro ‘uyuubahum wa ja’alal jannata matswahum, Syaiulillahum —– Al Fatihah
Tsumma ilaa arwahi jamii’i ahlil qubur khusuushon mu’minin wal mu’minat, muslimin wal muslismat al ahya-i minhum wal amwat, fil masyariqi wal maghribi ghofarollohu dzunubahum wa askanahum fi farodiisil jinani bi rohmatika yaa arhamar rohimiina, Syaiulillahum —– Al Fatihah
Lalu di ahiri dengan tahlilan ataupun doa doa yang lain,

SHALAT SUNAT TASBIH

Keutamaan Shalat Tasbih (menurut hadits Nabi saw kepada pamannya Abbas r.a. yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dan Imam Tirmidzi) adalah diampuninya dosa oleh Allah:
1. Dosa yang terdahulu.
2. Dosa yang belakang.
3. Dosa yang lama.
4. Dosa yang baru.
5. Dosa yang terlanjur.
6. Dosa yang disengaja.
7. Dosa yang kecil.
8. Dosa yang besar.
9. Dosa yang nyata.
10. Dosa yang samar.
Shalat Tasbih bisa dilakukan kapan saja, siang ataupun malam asalkan tidak pada waktu karohah (dilarang mengerjakan shalat), dan utama dilakukan setelah shalat tahajud, sebanyak 4 rakaat (bisa dilakukan dengan 1 salam ataupun 2 salam), dengan niat:
ushollii sunnatat tasbiihi arba'a roka'aatil (rok'ataini) lillaahhi ta'aalaa.
"Aku niat sholat sunnat tasbih 4 raka,at (atau: 2 raka'at) karena Allah Ta'ala".
Pada tiap-tiap gerakan sholat ba'da fatihah dan surat serta bacaan yang lain dalam tiap gerakan sholat membaca tasbih:
subhaanalloohhi wal hamdulillaahhi wa laa ilaahha illalloohhu walloohhu akbar.
"Maha Suci Allah, dan segala puji itu milik Allah, dan tiada Tuhan selain Allah, dan Allah Maha Besar".
Setiap raka'at dalam shalat Tasbih tersebut dibaca ketika:
1) Berdiri setelah fatihah dan surat 15x.
2) Ruku' 10x.
3) I'tidal 10x.
4) Sujud pertama 10x.
5) Duduk di antara 2 sujud 10x.
6) Sujud kedua 10x.
7) Duduk sebentar sebelum berdiri lagi atau ketika tahiyat sebelum membaca bacaan tahiyat (sebelum tasyahud) 10x.
Jadi jumlah tasbih pada tiap raka'atnya adalah 
75 x 4 rakaat = 300 x.
Apabila lupa membaca tasbih dalam satu gerakan, maka boleh diganti pada gerakan yang lain asalkan jumlah tasbihnya sampai dengan salam adalah 300 x.
(Dari berbagai sumber)

Biografi Imam Syafi'i

Dari aspek keilmuan, Imam Syafi'i adalah salah satu dari Imam madzhab yang empat di samping Abu Hanifah, Malik, Ahmad bin Hanbal. Pendiri madzhab Syafi'i dalam fiqih (syariah) Islam, pendiri dan penggagas ilmu ushul fiqih. Ia juga Imam di bidang ilmu tafsir dan ilmu hadits. Ia pernah menjabat sebagai Qadhi (Hakim) dan dikenal dengan keadilan dan kecerdasannya. Di samping ilmu agama, ia juga dikenal sebagai penyair yang ahli di bidang sastra Arab.

DAFTAR ISI

  1. Profil Singkat
  2. Nasab dari pihak ayah
  3. Nasab dari pihak Ibu
  4. Kelahiran Imam Syafi`i
  5. Jenjang Pendidikan Imam Syafi`i
  6. Guru-guru Imam Syafi`i
  7. Isteri Imam Syafi`i
  8. Keistimewaan Imam Syafi`i
  9. Sikap Rendah Hati yang dimiliki Imam Syafi`i
  10. Anak-anak Imam Syafi`i
  11. Imam Syafi`i ke Mesir
  12. Kitab-kitab Karya Imam Syafi`i
  13. Wafatnya Imam Syafi`i

Profil Singkat

Nama lengkap: Abu Abdillah Muhammad bin Idris As-Syafi'i Al-Muttalibi Al-Qurashi
Nama gelar kehormatan: Alimul Ashr, Nashirul Hadits, Imam Quraish, Al-Imam Al-Mujaddid, Faqihul Millah
Tempat lahir: Gaza, Palestina.
Tanggal lahir: tahun 767 M / 150 H.
Wafat: Akhir malam Rajab tahun 820 M / 204 H.
Tempat wafat: Kairo, Mesir.
Aliran Islam: Ahlussunnah Wal Jamaah
Ayah: Idris bin Al-Abbas bin Utsman bin Syafi' bin As-Saib bin Ubaid bin Abdu Yazid bin Hasyim bin Al-Muttalib bin Abdu Manaf.
Ibu: Fatimah binti Abdullah Al-Uzdiyah.
Putra: Abu Utsman dan Abul Hasan
Putri: Fatimah dan Zainab


Nasab dari pihak ayah.

Ayahnya bernama Muhammad bin Idris bin Abbas bin Utsman bin Syafi` bin Sa`ib bin Abid bin Abu Yazid bin Hisyam bin Muthalib bin Abdu Manaf bin Qusayyi bin Kilab bin Murrah, nasab beliau bertemu dengan Rasulullah saw. pada Abdu Manaf bin Qusayyi.


Nasab dari pihak Ibu.

Ibnunya bernama Fatimah binti Abdullah bin Hasan bin Husain bin Ali bin Abi Thalib. Orang-orang mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui Hasyimiyah melahirkan keturunan kecuali Imam Ali bin Abi Thalib dan Imam Syafi`i.


Kelahiran Imam Syafi`i.

Dia dilahirkan pada tahun 150 H. bertepatan dengan dimana Imam Abu Hanifah meninggal dunia. Dia dilahirkan di desa Ghazzah, Asqalan. Ketika usianya mencapai dua tahun, ibunya mengajak pindah ke Hijaz dimana sebagian besar penduduknya berasal dari Yaman, ibunya sendiri berasal dari Azdiyah. Lalu keduanya menetap di sana. Akan tetapi saat usianya telah mencapai sepuluh tahun, ibunua mengajak pindah ke Makkah lantaran khawatir akan melupakan nasabnya.


Jenjang Pendidikan Imam Syafi`i.

Imam Syafi`i sejak kecil hidup dalam kemiskinan, pada waktu dia diserahkan ke bangku pendidikan, para pendidik tidak memperoleh upah dan mereka hanya terbatas pada pengajaran. Akan tetapi setiap kali seorang guru mengajarkan sesuatu pada murid-murid, terlihat Syafi`i kecil denga ketajaman akal pikiran yang dimilikinya mampu menangkap semua perkataan serta penjelasan gurunya. Setiap kali gurunya berdiri untuk meninggalkan tempatnya, Syafi`i kecil mengajarkan kembali apa yang dia dengar dan dia pahami kepada anak-anak yang lain, sehingga dai apa yang dilakukan Syafi`i kecil ini mendapatkan upah. Sesudah usianya menginjak ke tujuh, Syafi`i telah berhasil menghafal al-Qur`an dengan baik.

Imam Syafi`i bercerita: “Saat kami menghatamkan al-Qur`an dan memasuki masjid, kami duduk di majlis para ulama. Kami berhasil menghafal beberapa hadits dan beberapa masalah Fiqih. Pada waktu itu, rumah kami berada di Makkah. Kondisi kehidupan kami sangat miskin, dimana kami tidak memiliki uang untuk membeli kertas, akan tetapi kami mengambil tulang-tulang sehingga dapat kami gunakan untuk menulis.”

Pada saat menginjak usia tiga belas tahun, dia juga memperdengarkan bacaan al-Qur`an kepada orang-orang yang berada di Masjid al-Haram, dia memiliki suara yang sangat merdu. Suatu ketika Imam Hakim menceritakan hadits yang berasal dari riwayat Bahr bin Nashr, bahwa dia berkata: “Jika kami ingin menangis, kami mengatakan kepada sesama teman “Pergilah kepada Syafi`i !” jika kami telah sampai dihadapannya, dia memulai membuka dan membaca al-Qur`an sehingga manusia yang ada di sekitarnya banyak yang berjatuhan di hadapannya lantaran kerasnya menangis. Kami terkagum-kagum dengan keindahan dan kemerduan suaranya, sedemikian tinggi dia memahami al-Qur`an sehingga sangat berkesan bagi para
pendengarnya.


Guru-guru Imam Syafi`i.

1. Muslim bin Khalid al-Zanji, seorang Mufti Makkah pada tahun 180 H. yang bertepatan dengan tahun 796 M. dia adalah maula Bani Mkhzum.
2. Sufyan bin Uyainah al-Hilali yang berada di Makkah, dia adalah salah seorang yang terkenal kejujuran dan keadilannya.
3. Ibrahim bin Yahya, salah satu ulama di Madinah.
4. Malik bin Anas, Imam Syafi`i pernah membaca kitab al-Muwatha` kepada Imam Malik sesudah dia menghafalnya diluar kepala, kemudian dia menetap di Madinah sampai Imam Malik wafat pada tahun 179 H. bertepatan dengan tahun 795 M.
5. Waki` bin Jarrah bin Malih al-Kufi.
6. Hammad bin Usamah al-Hasyimi al-Kufi
7. Abdul Wahab bin Abdul Majid al-Bashri.


Isteri Imam Syafi`i.

Dia menikah dengan seorang perempuan yang bernama Hamidah binti Nafi` bin Unaisah bin Amru bin Utsman bin Affan.


Keistimewaan Imam Syafi`i.

1. Keluasan ilmu pengetahuan dalam bidang sastera serta nasab, yang sejajar dengan al-Hakam bin Abdul Muthalib, dimana Rasulullah saw. pernah bersabda: “Sesungguhnya Keturunan (Bani) Hasyim dan keturunan (Bani) Muthalib
itu hakekatnya adalah satu.” (H.R. Ibnu Majah, dalam kitab yang menjelaskan tentang Wasiat, bab “Qismah al-Khumus,”
hadits no. 2329.)

2. Kekuatan menghafal al-Qur`an dan kedalaman pemahaman antara yang wajib dan yang sunnah, serta kecerdasan terhadap semua disiplin ilmu yang dia miliki, yang tidak semua manusia dapat melakukannya.

3. Kedalaman ilmu tentang Sunnah, dia dapat membedakan antara Sunnah yang shahih dan yang dha`if. Serta ketinggian ilmunya dalam bidang ushul fiqih, mursal, maushul, serta perbedaan antara lafadl yang umum dan yang khusus.

4. Imam Ahmad bin Hambal berkata: Para ahli hadits yang dipakai oleh Imam Abu Hanifah tidak diperdebatkan sehingga kami bertemu dengan Imam Syafi`i. Dia adalah manusia yang paling memahami kitab Allah swt. dan Sunnah Rasulullah saw. serta sangat peduli terhadap hadits beliau.

5. Karabisy 2 berkata: Imam Syafi`i adalah rahmat bagi umat Nabi Muhammad saw. (Karabisy dinisbatkan pada profesi penjual pakaian, namanya adalah Husain bin Ali bin Yazid.)

6. Dubaisan (Namanya adalah Abu Dubais bin Ali al-Qashbani) berkata: Kami pernah bersama Ahmad bin Hambal di Masjid Jami` yang berada di kota Baghdad, yang dibangun oleh al-Manshur, lalu kami datang menemui Karabisy, lalu kami bertanya: Bagaimana menurutmu tentang Syafi`i ? kemudian dia menjawab: Sebagaimana apa yang kami katakan bahwa dia memulai dengan Kitab (al-Qur`an), Sunnah, serta ijma` para ulama`. Kami orang-orang terdahulu sebelum dia tidak mengetahui apa itu al-Qur`an dan Sunnah, sehingga kami mendengar dari Imam Syafii tentang apa itu al-Qur`an Sunnah dan ijma`. Humaidi berkata: Suatu ketika kami ingin mengadakan perdebatan dengan kelompok rasionalis kami tidak mengetahui bagaimana cara mengalahkannya. Kemudian Imam Syafi`i datang kepada kami, sehingga kami dapat memenangkan perdebatan itu. Imam Ahmad bin Hambal berkata: Kami tidak pernah melihat seseorang yang lebih pandapai dalam bidang fiqih (faqih) terhadap al-Qur`an daripada pemuda quraisy ini, dia adalah Muhammad bin Idris al-Syafi`i.

7. Ibnu Rahawaih pernah ditanya: Menurut pendapatmu, bagaimanakah Imam Syafii dapat menguasai al-Qur`an dalam usia yang masih relatif muda? lalu dia menjawab: Allah swt. mempercepat akal pikirannya lantaran usianya yang pendek.

8. Rabi` berkata: Kami pernah duduk bersama di Majelisnya Imam Syafi`i setelah beliau meninggal dunia di Basir, tiba-tiba datang kepada kami orang A`rabi (badui). Dia mengucapkan salam, lalu bertanya: Dimanakah bulan dan matahri majleis ini ? lalu kami mejawab: Dia telah wafat. Kemudian dia menangis lalu berkata: Semoga Allah swt. memncurahkan rahmat dan mengampuni semua dosanya. Sungguh beliau telah membuka hujjah yang selama ini tertutup, telah merubah wajah orang-orang yang ingkar dan juga telah membuka kedok mereka, dan juga telah membuka pintu kebodohan
disertai penjelasannya, lalu tidak beberapa lama orang badui itu pergi.


Sikap Rendah Hati yang dimiliki Imam Syafi`i.

Hasan bin Abdul Aziz al-Jarwi al-Mishri mengatakan, bahwa Imam Syafii pernah berkata: Kami tidak menginginkan kesalahan terjadi pada seseorang, kami sangat ingin agar ilmu yang kami miliki itu ada pada setiap orang dan tidak
disandarkan pada kami. Imam Syafi`i berkata: Demi Allah kami tidak menyaksikan seseorang lalu kami menginginkan kesalahan padanya. Tidaklah bertemu dengan seseorang melainkan kami berdo`a “Ya Allah, jadikanlah kebenaran ada pada hati dan lisannya ! jika kebenaran berpihak kepada kami, semoga dia mengikuti kami, dan jika kebenaran berpihak kepadanya semoga kami mampu mengikutinya. Imam Syafii adalah Pakar Ilmu Pengetahuan dari Quraisy. Imam Ahmad bin Hambal berkata: Jika kami ditanya tentang satu masalah dan kami tidak mengetahuinya, maka kami menjawab dengan menukil perkataan Syafi`i, lantaran dia seorang imam besar yang ahli dalam ilmu pengetahuan yang berasal dari kaum Quraisy. Dalam suatu hadits diriwayatkan dari Rasulullah saw. bahwa beliau bersabda: “Orang alim dari Quraisy ilmunya akan memenuhi bumi.” (Manaqib karya Imam Baihaqi, juz 1, hlm. 45.)

Ar-Razi berkata: Kriteria orang orang yang disebutkan di atas ini akan terpenuhi apabila seseorang memiliki kriteria sebagai berikut : Pertama; berasal dari suku Quraisy. Kedua; memiliki ilmu pengetahuan yang sangat luas dari kalangan ulama. Ketiga; memiliki ilmu pengetahuan yang luas, dan dikenal oleh penduduk Timur dan Barat. Benar kriteria di atas hanya terdapat pada diri Imam Syafi`i, dia adalah seorang ahli ilmu pengetahuan yang berasal dari suku Quraisy.
Berikut beberapa hadits yang berkaitan dengan hal di atas.

1. Riwayat dari Ibnu Mas`ud bahwa dia berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Janganlah kalian mencaci maki suku Quraisy, karena sesungguhnya ahli ilmu di antara mereka akan memenuhi dunia. Ya Allah ya Tuhan kami, Engkau telah menimpakan azab yang terdahulu dari mereka, maka anugerahkan nikmat-Mu yang terakhir dari mereka.” (5 . H.R. Abu Daud Thabalasi dalam kitab Musnad-nya, hlm. 39-40.)

2. Riwayat dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda : Ya Allah tunjukkanlah orang-orang Quraisy, karena”
sesungguhnya orang alim di antara mereka akan memenuhi dunia. Ya Allah, sebagaimana Engkau telah memberikan azab kepada mereka, maka berikanlah (Khatib, dalam Tarikh, juz 2, hlm. 61.) juga Ni`mat-Mu atas mereka.” Beliau mengulanginya sampai tiga kali

3. Dia adalah orang Quraisy dari Bani al-Muthalibi, Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya Bani Hasyim dan Bani Muthalib adalah adalah satu.” Lalu Rasulullah saw. merapatkan jari tangannya. (H.R. Sunan Kubra, juz 6, hlm. 340.)
Selanjutnya Rasulullah saw. kembali bersabda : “Sesungguhnya Allah swt. mengutus untuk umat ini pada setiap setiap
seratus tahun seseorang yang memperbaharui agama-Nya.” (8 . Al-Mustadrak, juz 4, hlm. 522, dan Khatib dalam Tarikh, juz 2, hlm. 61.)


Anak-anak Imam Syafi`i.

1. Abu Usman Muhammad, dia seorang hakim di kota Halib, Syam (Syiria).
2. Fatimah.
3. Zainab.


Imam Syafi`i ke Mesir.

Imam Syafi`i datang ke Mesir pada tahun 199 H. atau 814/815 M. pada masa awal khalifah al-Ma`mun, lalu dia kembali ke Baghdad dan bermukim di sana selama satu bulan, kemudian dia kembali lagi ke Mesir. Dia tinggal di sana sampai akhir hayatnya pada tahun 204 H. atau 819/820 M.


Kitab-kitab Karya Imam Syafi`i.

1. Al-Risalah al-Qadimah (kitab al-Hujjah)
2. Al-Risalah al-Jadidah.
3. Ikhtilaf al-Hadits.
4. Ibthal al-Istihsan.
5. Ahkam al-Qur`an.
6. Bayadh al-Fardh.
7. Sifat al-Amr wa al-Nahyi.
8. Ikhtilaf al-Malik wa al-Syafi`i.
9. Ikhtilaf al- Iraqiyin.
10. Ikhtilaf Muhammad bin Husain.
11. Fadha`il al-Quraisy
12. Kitab al-Umm
13. Kitab al-Sunan


Wafatnya Imam Syafi`i.

Beliau menderita penyakit ambeien pada akhir hidupnya, sehingga mengakibatkan beliau wafat di Mesir pada malam Jum`at sesudah shalat Maghrib, yaitu pada hari terakhir di bulan Rajab. Beliau di makamkan pada Hari Jum`at pada tahun 204 H. bertepatan tahun 819/820 M. makamnya berada di kota Kairo, di dekat masjid Yazar, yang berada dalam lingkungan perumahan yang bernama Imam Syafi`i.

Sujud Tilawah

Sujud tilawah (Arab, سجود التلاوة) adalah gerakan sujud yang dilakukan ketika membaca ayat sajadah dalam Quran. Sujud tilawah terdiri dari sekali sujud. Sujud tilawah dapat dilakukan di saat sedang melakukan shalat atau di luar shalat. Sujud tilawah adalah ibadah yang disyariatkan oleh Rasulullah berdasarkan pada hadits-hadits sahih. Hukumnya sunnah muakkad menurut madzhab Syafi'i, Hanbali, Maliki dan wajib menurut madzhab Hanafi.

DAFTAR ISI

  1. Pengertian Sujud Tilawah
  2. Dalil Dasar Sujud Tilawah
  3. Hukum Sujud Tilawah: Sunnah Dan Wajib
  4. Syarat Sujud Tilawah
  5. Bacaan Sujud Tilawah
  6. Cara Sujud Tilawah Di Luar Shalat
  7. Cara Sujud Tilawah Saat Shalat
  8. Ayat-Ayat Sajadah Dalam Quran
  9. Waktu Makruh Melakukan Sujud Tilawah

PENGERTIAN

Secara etimologis (lughawi) ia adalah masdar (verbal noun) dari fi'il madhi sa-ja-da. Asal dari sujud adalah merendahkan diri pada Allah. Dalam terma syariah sujud berarti meletakkan dahi atau sebagiannya pada bumi atau sesuatu yang berhubungan dengannya.

Sedangkan sujud tilawah adalah sujud yang dilakukan karena membaca salah satu ayat Quran yang mengandung sajadah. Sujud tilawah tidak diawali dengan takbirotul ihrom dan tidak diakhiri dengan salam.


DALIL DASAR SUJUD TILAWAH

- Hadits riwayat Bukhari

كَانَ النَّبِيُّ ‏ ‏صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ‏ ‏يَقْرَأُ عَلَيْنَا السُّورَةَ فِيهَا السَّجْدَةُ فَيَسْجُدُ وَنَسْجُدُ حَتَّى مَا يَجِدُ أَحَدُنَا مَوْضِعَ جَبْهَتِهِ

Artinya: Rasulullah SAW membacakan kami suatu surat, kemudian beliau bersujud dan kami pun bersujud

- Hadits riwayat Muslim

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رضي الله عنه – قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِذَا قَرَأَ ابْنُ آدَمَ السَّجْدَةَ فَسَجَدَ ، اعْتَزَلَ الشَّيْطَانُ يَبْكِي يَقُولُ : يَا وَيْلَهُ وَفِي رِوَايَةِ أَبِي كُرَيْبٍ يَا وَيْلِي أُمِرَ ابْنُ آدَمَ بِالسُّجُودِ فَسَجَدَ فَلَهُ الْجَنَّةُ ، وَأُمِرْتُ بِالسُّجُودِ فَأَبَيْتُ فَلِيَ النَّارُ

Artinya: Jika anak Adam membaca ayat sajadah, lalu dia sujud, maka setan akan menjauhinya sambil menangis. Setan pun akan berkata-kata: “Celaka aku. Anak Adam disuruh sujud, dia pun bersujud, maka baginya surga. Sedangkan aku sendiri diperintahkan untuk sujud, namun aku enggan, sehingga aku pantas mendapatkan neraka.

- Hadits riwayat Bukhari

عن عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ – رَضِي اللَّه عَنْه – قَرَأَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ عَلَى الْمِنْبَرِ بِسُورَةِ النَّحْلِ حَتَّى إِذَا جَاءَ السَّجْدَةَ نَزَلَ فَسَجَدَ وَسَجَدَ النَّاسُ ، حَتَّى إِذَا كَانَتِ الْجُمُعَةُ الْقَابِلَةُ قَرَأَ بِهَا حَتَّى إِذَا جَاءَ السَّجْدَةَ قَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا نَمُرُّ بِالسُّجُودِ فَمَنْ سَجَدَ فَقَدْ أَصَابَ وَمَنْ لَمْ يَسْجُدْ فَلا إِثْمَ عَلَيْهِ ، وَلَمْ يَسْجُدْ عُمَرُ رَضِي اللَّه عَنْهم

Artinya: Dari Umar bin Khattab dia pada hari Jum’at membaca di atas mimbar surat an-Nahl, hingga bila sampai pada ayat sajdah beliau turun lalu sujud sehingga orang-orang pun sujud. Saat Jum’at berikutnya, beliau membaca lagi surat tersebut hingga sampai pada ayat sajdah, beliau berkata, ‘Wahai manusia, sesungguhnya kita melewati ayat sajdah. Barang siapa bersujud sungguh ia telah benar, dan barang siapa tidak bersujud maka tiada dosa baginya.’ Dan Umar sendiri tidak bersujud.

- Hadits riwayat Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah, Malik

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَقْرَأَهُ خَمْسَ عَشْرَةَ سَجْدَةً فِي الْقُرْآنِ ، مِنْهَا ثَلَاثٌ فِي الْمُفَصَّلِ وَفِي سُورَةِ الْحَجِّ سَجْدَتَانِ

Artinya: Rasulullah saw telah mengajarkan kepadanya akan lima belas ayat sajdah dalam Al-Qur’an diantaranya, tiga ayat pada surat yang pendek dan dalam surat Al-Hajj ada dua sajdah.

- Hadits riwayat Muslim

… وإذا سَجَدَ قَالَ : اللَّهُمَّ لَكَ سَجَدْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَلَكَ أَسْلَمْتُ سَجَدَ وَجْهِي لِلَّذِي خَلَقَهُ وَصَوَّرَهُ وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ تَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ

Artinya: Dan ketika sujud Nabi berdoa: Ya Allah, kepada-Mu lah aku bersujud, karena-Mu aku beriman, kepada-Mu aku berserah diri. Wajahku bersujud kepada Penciptanya, yang Membentuknya, yang Membentuk pendengaran dan penglihatannya. Maha Suci Allah Sebaik-baik Pencipta]

- Hadits riwayat Muslim

عَنْ أَبِي رَافِعٍ – رضي الله عنه – قَالَ : صَلَّيْتُ مَعَ أَبِي هُرَيْرَةَ – رضي الله عنه – صَلَاةَ الْعَتَمَةِ فَقَرَأَ إِذَا السَّمَاءُ انْشَقَّتْ ، فَسَجَدَ فِيهَا فَقُلْتُ لَهُ : مَا هَذِهِ السَّجْدَةُ ، فَقَالَ : سَجَدْتُ بِهَا خَلْفَ أَبِي الْقَاسِمِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَلَا أَزَالُ أَسْجُدُ بِهَا حَتَّى أَلْقَاهُ

Artinya: Dari Abu Rofi’, dia berkata bahwa dia shalat Isya’ (shalat ‘atamah) bersama Abu Hurairah, lalu beliau membaca “idzas samaa’unsyaqqot”, kemudian beliau sujud. Lalu Abu Rofi’ bertanya pada Abu Hurairah, “Apa ini?” Abu Hurairah pun menjawab, “Aku bersujud di belakang Abul Qosim (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) ketika sampai pada ayat sajadah dalam surat tersebut.” Abu Rofi’ mengatakan, “Aku tidaklah pernah bersujud ketika membaca surat tersebut sampai aku menemukannya saat ini.


HUKUM SUJUD TILAWAH: SUNNAH DAN WAJIB

Ulama ahli fiqih sepakat bahwa sujud tilawah itu mashruiyah (berdasarkan syariah) berdasarkan pada dalil Quran dan hadits. Akan tetapi mereka berbeda pendapat dalam soal sifatnya apakah sunnah atau wajib.

Madzhab Syafi'i dan Hanbali berpendapat bahwa sujud tilawah adalah sunnah muakkad, tidak wajib. Madzhab Maliki menyatakan sunnah. Mereka mendasarkan pada dalil dari QS Al-Isra' 17:107-109; dan hadits dari Abdullah bin Umar yang berkata: Rasulullah pernah membaca surat yang ada ayat sajadah-nya, lalu beliau sujud dan kami ikut sujud.

Sujud tilawah menurut ketiga madzhab di atas tidak wajib karena ada hadits yang menceritakan bahwa Rasulullah terkadang tidak melakukannya. Diriwayatkan dari Zaid bin Tsabit ia berkata: Aku pernah membaca Quran Surah An-Najm di depan Nabi, tapi Nabi tidak bersujud tilawah (H.R. Bukhari Muslim).

Adapun yang menganggap sujud tilawah wajib adalah madzhab Hanafi. Wajib bagi pembaca dan pendengar berdasarkan pada hadits: Sujud tilawah wajib bagi orang yang mendengar dan membacanya.


SYARAT SUJUD TILAWAH

Dalam pelaksanaan sujud tilawah ada syarat-syarat yang harus dipenuhi sebagai berikut:

1. Suci dari hadats kecil dan besar pada badan, pakaian dan tempat. Karena sujud tilawah itu seperti shalat atau bagian dari shalat maka disyaratkan seperti syaratnya shalat. Dalam sebuah hadits dikatakan: Shalat tidak diterima tanpa dalam keadaan suci.

2. Menutup aurat, menghadap kiblat, niat melaksanakan sujud tilawah.
3. Masuknya waktu sujud. Yaitu setelah selesainya atau sempurnanya membaca ayat yang mengandung sajadah. Jadi, kalau melakukan sujud sebelum ayat sajadah selesai dibaca, maka tidak sah.


BACAAN SUJUD TILAWAH

- Boleh membaca bacaan yang biasa dibaca saat sujud shalat yaitu (سبحان ربي الأعلى) Subhana Robbiyal A'la sebanyak 3x.

- Dapat juga ditambah dengan bacaan berikut (berdasarkan hadits riwayat Tirmidzi):

سجد وجهي للذي خلقه وشق بصره وسمعه بحوله وقوته ، فتبارك الله أحسن الخالقين

- Juga disunnahkan membaca bacaan berikut (berdasarkan hadits riwayat Tirmidzi):

اللهم اكتب لي بها عندك أجراً ، وضع عني بها وزراً ، وتقبَّلها مني كما تقبَّلتها من عبدك داود عليه السلام


CARA SUJUD TILAWAH DI LUAR SHALAT

Sujud tilawah dapat dilakukan saat sedang shalat atau di luar shalat. Adapun cara sujud tilawah di luar shalat adalah sebagai berikut:

1. Niat dan Membaca takbir dan mengangkat kedua tangan untuk melaksanakan sujud sebagaimana cara mengangkat tangan saat sujud takbirotul ihrom (takbir pertama) saat shalat.
2. Lalu sujud tanpa mengangkat tangan saat turun hendak sujud.
3. Sujud hanya satu kali dan sunnah membaca "سبحان ربي الأعلى" tiga kali dan membaca doa berikut [سَجَدَ وَجْهِي لِلَّذِي خَلَقَهُ وَصَوَّرَهُ ، وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ ، بِحَوْلِهِ وَقُوَّتِهِ]
4. Lalu mengangkat kepala dari sujud dengan membaca takbir.
5. Duduk tanpa membaca tahiyat (tasyahud) dan
6. Diakhiri dengan mengucapkan salam.


CARA SUJUD TILAWAH SAAT SHALAT

Kalau sujud tilawah dilakukan saat sedang shalat karena membaca ayat Quran yang mengandung sajadah, maka tatacaranya sedikit berbeda yakni tanpa diakhiri dengan salam. Detailnya sebagai berikut:

1. Niat dan Mengucapkan takbir untuk sujud
2. Saat sujud mengucapkan "سبحان ربي الأعلى" tiga kali. Jumlah sujud hanya sekali.
3. Mengucapkan takbir saat bangun dari sujud.
4. Selesai sujud berdiri tegak kembali dan meneruskan bacaan shalat kalau masih ada ayat yang hendak dibaca. Kalau tidak ada lagi ayat yang ingin dibaca, maka ia dapat melakukan rukuk shalat.


AYAT-AYAT SAJADAH DALAM QURAN

Ulama ahli fiqih sepakat bahwa ayat sajadah terdapat dalam 10 ayat dalam Al-Quran. Berikut ayat-ayat sajadah yang sunnah melakukan sujud tilawah setelah selesai membaca ayat tersebut.

1. Quran Surat Al-A'raf ayat 206
2. QS Ar-Ra'd ayat 15
3. QS An-Nahl ayat 49
4. QS Al-Isra ayat 107
5. QS Maryam ayat 58
6. QS Al-Haj ayat 18
7. QS An-Naml ayat 25
8. QS As-Sajadah ayat 15
9. QS Al-Furqan ayat 60
10. QS Fussilat ayat 38
11. QS Al-Haj ayat 77
12. QS An-Najm ayat 62
13. QS Al-Insyiqaq ayat 21
14. QS Al-Alaq ayat 19
15. QS Shad ayat 28


WAKTU MAKRUH MELAKUKAN SUJUD TILAWAH

Sujud tilawah makruh dilakukan pada waktu-waktu yang makruh melakukan shalat sunnah yaitu:

1. Setelah shalat subuh sampai terbit matahari.
2. Saat terbit matahari sampai naik setinggi panah atau sekitar 25 detik.
3. Saat matahari tepat berada di atas yakni sekitar 3 detik.sebelum masuk waktu dhuhur.
4. Sepertiga jam sebelum terbenam matahari.
5. Ketika terbenam matahari

Sujud Syukur

Sujud syukur (Arab, سجود الشكر) adalah perilaku sujud sebanyak satu kali yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam dan dilakukan saat mendapat nikmat / anugerah baru atau terhindari dari musibah. Sujud syukur hukumnya sunnah menurut madzhab Syafi'i dan Hanbali dan makruh menurut madzhab Hanafi dan Maliki.

DAFTAR ISI

  1. Pengertian Dan Dalil Dasar
  2. Hukum Dan Waktu Sujud Syukur
  3. Syarat Sujud Syukur
  4. Cara Sujud Syukur
  5. Bacaan Doa Sujud Syukur
  6. Sujud Syukur Ketika Shalat

PENGERTIAN DAN DALIL DASAR

- Hadits riwayat Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah dari Abu Bakar

عَنْ ‏أَبِي بَكْرَةَ ،‏عَنْ النَّبِيِّ ‏‏صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ‏ (‏أَنَّهُ كَانَ ‏‏إِذَا جَاءَهُ أَمْرُ سُرُورٍ أَوْ بُشِّرَ بِهِ خَرَّ سَاجِدًا شَاكِرًا لِلَّهِ

Artinya: Dari Abu Bakrah r.a. dari nabi Saw. bahwa apabila beliau mendapatkan suatu perkara yang menyenangkan, maka beliau bersimpuh bersujud sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah”

- Hadits riwayat Baihaqi dari Al-Barra' bin Azib tentang kisah Islamnya Hamdan

وعن البراء بن عازب رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم بعث عليا إلى اليمن فذكر الحديث قال فكتب علي بإسلامهم “فلما قرأ رسول الله صلى الله عليه وسلم الكتاب خر ساجدا شكرا لله تعالى على ذلك

Artinya: Dan dari Al-Barra bin ‘Azib r.a. bahwa nabi SAW mengutus ‘Ali ke Yaman, kemudian dia (perawi) menyebutkan hadits, berkata: Kemudian Ali menulis surat tentang keislaman mereka, maka ktika Rasulullah SAW membaca surat itu, beliau tesungkur sujud sebagai bentuk syukur kepada Allah Ta’ala atas hal tsb

- Hadits riwayat Hakim, Baihaqi, dari Abdurrahman bin Auf
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ، أَنّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " إِنِّي لَقِيتُ جَبْرَائِيلَ عَلَيْهِ السَّلامُ فَبَشَّرَنِي وَقَالَ: إِنَّ رَبَّكَ، يَقُولُ: مَنْ صَلَّى عَلَيْكَ صَلَّيْتُ عَلَيْهِ، وَمَنْ سَلَّمَ عَلَيْكَ سَلَّمْتُ عَلَيْهِ، فَسَجَدْتُ لِلَّهِ شُكْرًا
Artinya: Dari ‘Abdurrahmaan bin ‘Auf : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda : “Aku bertemu dengan Jibriil ‘alaihis-salaam, lalu ia memberikan kabar gembira kepadaku dengan berkata : ‘Sesungguhnya Rabbmu telah berfirman : Barangsiapa yang mengucapkan shalawat kepadamu, maka aku akan mengucapkan shalawat kepadanya. Barangsiapa yang mengucapkan salam kepadamu, maka aku akan mengucapkan salam kepadanya’. (Mendengar hal itu), aku pun bersujud kepada Allah bersyukur kepada-Nya”

- Hadits riwayat Nasai dari Ibnu Abbas

أن النبي صلى الله عليه وسلم سجد في (ص) وقال : سجدها داود توبة ، ونسجدها شكرا

- Hadits riwayat Thabrani dari Umar bin Khattab

خرج صلى الله عليه وسلم يتبرز ، فاتبعته بإداوة من ماء ، فوجدته ساجدا في شربة ، فتنحيت عنه ، فلما فرغ رفع رأسه ، فقال : أحسنت يا عمر حين تنحيت عني ، إن جبرائيل أتاني فقال : من صلى عليك صلاة صلى الله عليه عشرا ، ورفعه عشر درجات

- Hadits riwayat Ibnu Majah dari Anas bin Malik

أن النبي صلى الله عليه وسلم بشر بحاجة فخر ساجد

- Hadits riwayat Ahmad bin Hanbal dari Hudzaifah bin Al-Yaman

عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه سجد سجود الشكر

Artinya: Dari Nabi Muhammad bahwasanya beliau pernah melakukan sujud syukur.

- Hadits riwayat Abu Dawud, Baihaqi dari Saad bin Abi Waqqash

عَنْ عَامِرِ بْنِ سَعْدِ بْنِ أَبِىْ وَقَّاصٍ , عَنْ أَبِيْهِ قَالَ :(( خَرَجْنَا مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم مِنْ مَكَّةَ نُرِيْدُ الْمَدِيْنَةَ , وَلَمَّا كُنَّا قَرِيْبًا مِنْ عَزْوَرَ نَزَلَ ثُمَّ رَفَعَ يَدَيْهِ فَدَعَا اللهَ سَاعَةً ثُمَّ خَرَّ سَاجِدًا فَمَكَثَ طَوِيْلاً ثُمَّ قَامَ فَرَفَعَ يَدَيْهِ فَدَعَا اللهَ سَاعَةً ثُمَّ خَرَّ سَاجِدًا فَمَكَثَ طَوِيْلاً ثُمَّ قَامَ فَرَفَعَ يَدَيْهِ سَاعَةً ثُمَّ خَرَّ سَاحِدًا , ذَكَرَهُ أَحْمِدُ بْنِ صَالِحٍ ثَلاَثًا, قَالَ : إِنِّى سَئَلْتُ رَبِّىْ وَشَفَعْتُ لِأُمَّتِىْ فَأَعْطَانِىْ ثُلُثَ أُمَّتِىْ فَخَرَرْتُ سَاجِدًا شُكْرًا لِرَبِّىْ ثُمَُّ رَفَعْتُ رَأْسِىْ فَسَئَلْتُ رَبِّىْ لِأُمَّتِىْ فَأَعْطَانِىْ ثَلاَثُ أُمَّتِىْ فَخَرَرْتُ سَاجِدًا لِرَبِّى شُكْرًا, ثُمَّ رَفَعْتُ رَأْسِىْ فَسَئَلْتُ رَبِّىْ لِأُمَّتِىْ فَأَعْطَانِى الثُّلُثَ الأَخَرَ فَخَرَرْتُ سَاجِدًا لِرَبِّى

Artinya: dari Amir bin Sa’id bin Abi Waqqash r.a. dari ayahnya ia berkata: Kami pernah pergi bersama rasulullah Saw. dari Mekkah menuju Madinah. Ketika kami mendekati Azwara (sebuah bukit di Juhfah), beliau turun, kemudian mengangkat kedua tangannya lalu berdoa kepada Allah sesaat, setelah itu beliau bersimpuh untuk bersujud lama, kemudian berdiri lalu mengangkat kedua tangannya dan berdoa sesaat kepada Allah. Setelah itu bersimpuh lagi bersujud lama. Ahmd bin Shalih menyebutkannya tiga kali selanjutnya beliau bersabda: “Aku memohon kepada Tuhanku dan aku bela umatku, maka dia memberikan sepertiga untuk umatku, lalu aku bersimpuh bersujud sebagai rasa syukurku kepada Tuhanku, kemudian aku angkat kepalaku, aku mohonkan untuk umatku lalu dia memberikan sepertiga untuk umatku, maka akupun bersimpuh dan bersujud sebagai rasa syukurku kepada Tuhanku, kemudian aku angkat kepalaku, aku mohonkan kepada Tuhanku untuk umatku, lalu dia memberikan sepertiga yang lain, kemudian aku bersimpuh dan bersujud kepada Tuhanku

- Hadits riwayat Haithami, Thabrani, Ibnu Hibban, dari Abu Musa

كنا مع رسول الله صلى الله عليه وسلم فرأيته سجد سجدة الشكر ، وقال : سجدت شكرا

Artinya: Kami bersama Rasulullah dan saya melihatnya melakukan sujud syukur dan Nabi bersabda: Aku bersujud syukur.

- Hadits dari Ibnu Umar

أن النبي صلى الله عليه وسلم مر به رجل به زمانة فنزل وسجد ، ومر به أبو بكر فنزل وسجد ، ومر به عمر فنزل وسجد

Artinya: Bahwasanya Nabi Muhammad pernah bertemu dengan seorang lelaki yang sakit parah lalu beliau turun dari kendaran dan sujud. Abu Bakar As-Siddiq pernah bertemu dengan seorang lelaki yang sakit parah lalu beliau turun dari kendaran dan sujud. Umar bin Khattab pernah bertemu dengan seorang lelaki yang sakit parah lalu beliau turun dari kendaran dan sujud.

- Hadits riwayat Bukhari dan Muslim bahwa Kaab bin Malik bahwa dia melakukan sujud syukur ketika mendengar taubatnya diterima oleh Allah.
- ِAbu Bakar As-Siddiq melakukan sujud syukur saat penaklukan Yamamah dan terbunuhnya Musailamah Al-Kadzab.
- Bahwa sujud syukur diriwayatkan dari segolongan Sahabat tidak ada satupun Sahabat lain yang menentangnya. Ini seperti ijmak atas disyariatkannya sujud syukur.


HUKUM DAN WAKTU SUJUD SYUKUR

Hukum sujud syukur adalah sunnah dan tidak wajib berdasarkan pada hadits di atas dan pendapat jumhur ulama. As-Syaukani menyatakan dalam Al-Bahr Az-Zikhar, 1/286:
قد وردت أحاديث كثيرة بعضها صحيح وبعضها فيه ضعف ، ومجموعها مما تقوم به الحجة أن النبي صلى الله عليه وسلم سجد سجود شكر في مواضع ، ولم يرد في ذلك غير فعله صلى الله عليه وسلم فلم يكن واجبا

Artinya: Ada banyak hadits yang diriwayatkan; sebagian sahih sebagian yang lain dhaif. Secara keseluruhan dapat dijadikan dalil bahwa Nabi melakukan sujud syukur dalam sejumlah tempat dan situasi. Dan tidak disebutkan selain perbuatan Nabi. Maka sujud syukur tidak wajib.

Imam Nawawi dalam Al-Majmuk 3/564 menyatakan pandangan madzhab Syafi'i:
قال الشافعي والأصحاب: سجود الشكر سنة عند تجدد نعمة ظاهرة واندفاع نقمة ظاهرة، سواء خصته النعمة والنقمة أو عمت المسلمين... ولا يشرع السجود لاستمرار النعم، لأنها لا تنقطع

Artinya: Imam Syafi'i dan ulama madzhab Syafi'iyah menyatakan bahwa sujud syukur hukumnya sunnah saat mendapat anugerah kenikmatan baru yang nyata atau terhindar dari musibah yang jelas. Baik kenikmatan atau musibah yang bersifat individu atau yang bersifat umum (menimpat umat Islam). Sujud syukur tidak disunnahkan untuk nikmat yang terjadi terus menerus karena anugerah Allah tiada putusnya.

Oleh karena itu sujud syukur disunnahkan dalam dua kondisi:
1. Ketika adanya anugerah atau nikmat yang baru seperti seseorang mendapat hidayah, masuk Islam, atau umat Islam mendapat pertolongan atau kelahiran anak, dll.

2. Ketika tercegah atau terhindarnya musibah seperti selamat dari kecelakaan tenggelamnya kapal, jatuhnya pesawat atau selamat dari pembunuhan, dan lain-lain.

Dalam kitab Syarah Al Mahalli Ala Syarhil Minhaj, 1/156 juga dinyatakan:
( وتسن لهجوم نعمة أو اندفاع نقمة ) وفي المحرر والروضة كالشرح من حيث لا يحتسب . قال في البحر : الأول كحدوث ولد أو مال له . والثاني كنجاته من الهدم والغرق , روى أبو داود وغيره { أنه صلى الله عليه وسلم كان إذا جاءه شيء يسره خر ساجدا } , ولا يسن السجود لاستمرار النعم . ( أو رؤية مبتلى ) كزمن ( أو عاص )

Pendapat senada lihat di kitab Mughnil Muhtaj, 1/447.


SYARAT SUJUD SYUKUR

Syarat sujud syukur menurut madzhab Syafi'i sama dengan shalat dan sujud tilawah, yaitu:

1. Suci dari hadats kecil dan besar (punya wudhu dan tidak sedang junub).
2. Pakaian dan tempat yang dipakai sujud harus suci.
3. Menutup aurat, menghadap kiblat, niat melaksanakan sujud tilawah.
4. Masuknya waktu sujud yaitu segera setelah waktu terjadinya nikmat atau terhindarnya musibah.


CARA SUJUD SYUKUR

Sujud syukur sama dengan sujud shalat atau sujud tilawah dengan sedikit perbedaan. Cara berikut menurut madzhab Syafi'i:

1. Niat sujud syukur (dalam hati): "Saya niat sujud syukur sunnah karena Allah" (نويت سجود الشكر سنة لله تعالي)
2. Membaca takbir dan mengangkat kedua tangan untuk melaksanakan sujud seperti hendak takbirotul ihrom.
3. Sujud tanpa mengangkat tangan saat turun hendak sujud
4. Sujud hanya satu kali dan sunnah membaca "سبحان ربي الأعلى" tiga kali dan membaca doa berikut [سَجَدَ وَجْهِي لِلَّذِي خَلَقَهُ وَصَوَّرَهُ ، وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ ، بِحَوْلِهِ وَقُوَّتِهِ]
5. Lalu mengangkat kepala dari sujud dengan membaca takbir.
6. Duduk tanpa membaca tahiyat (tasyahud) dan
7. Diakhiri dengan mengucapkan salam.

CATATAN:

Dalam madzhab Syafi'i sendiri terdapat perbedaan ulama tentang apakah sujud syukur diakhiri dengan salam, atau tidak. Imam Nawawi dalam Al-Majmuk 3/564 menyatakan:
ويفتقر سجود الشكر إلى شروط الصلاة وحكمه في الصفات وغيرها حكم سجود التلاوة خارج الصلاة ، قال الشيخ أبو حامد والأصحاب : وفي السلام منه والتشهد ثلاثة أوجه كما في سجود التلاوة ( الصحيح ) السلام دون التشهد ( والثاني ) لا يشترطان ( والثالث ) يشترطان .

Artinya: Sujud syukur membutuhkan sejumlah syarat shalat. Sedangkan hukumnya dalam sifat dan lainnya sama dengan hukum sujud tilawah di luar shalat. Syekh Abu Hami Al-Ghazali dan ulama madzhab Syafi'i menyatakan: Dalam soal salam dan tahiyah terdapat tiga pendapat sebagaimana dalam sujud tilawah. Pendapat yang sahih adalah (diakhiri dengan) salam tanpa adanya tahiyat. Pendapat kedua, tidak perlu tahiyat dan tidak perlu salam. Pendapat ketiga, harus dengan tahiyat dan salam.


BACAAN DOA SUJUD SYUKUR

- Bacaan untuk sujud syukur sama dengan sujud waktu melaksanakan shalat yaitu: سبحان ربي الأعلى وبحمده
- Dapat juga ditambah dengan bacaan berikut:
اللهم لك سجدت ، و بكَ آمنت ، و لك اسلمت ، سجد وجهي للذي خلقه و صوره ، و شق سمعه و بصره ، تبارك الله أحسن الخالقين
- Setelah bacaan di atas, dapat juga ditambah dengan bacaan doa apapun yang diinginkan.


HUKUM SUJUD SYUKUR SAAT SEDANG SHALAT

Berbeda dengan sujud tilawah yang boleh dilakukan saat shalat sedang berlangsung atau di tengah-tengah shalat, sujud syukur tidak boleh dikerjakan saat sedang shalat. Kalau itu terjadi maka batal shalatnya.

Imam Nawawi dalam Al-Majmuk 4/68 menyatakan:
(فرع) اتفق أصحابنا على تحريم سجود الشكر في الصلاة فان سجدها فيها بطلت صلاته بلا خلاف وقد صرح المصنف بهذا في مسألة سجدة ص ولو قرأ آية سجدة سجد بها للشكر ففي جواز السجود وجهان في الشامل والبيان وغيرهما أصحهما تحرم وتبطل صلاته وهما كالوجهين فيمن دخل المسجد لا لغرض آخر

Ulama madzhab Syafi'i sepakat atas haramnya melaksanakan sujud syukur saat sedang shalat. Apabila hal itu dilakukan, maka shalatnya batal. Penulis kitab Muhadzab menjelaskan soal ini dalam kasus sajadah-nya Surah Shad apabila seseorang yang shalat membaca ayat sajadah lalu sujud syukur, maka dalam kebolehan sujud ada dua pendapat dalam kitab As-Shamil dan Al-Bayan dan lainnya. Yang paling sahih adalah haram dan batal shalatnya. Kedua pendapat sama dengan perbedaan pendapat dalam soal seseorang yang masuk masjid bukan untuk tujuan yang lain.

Pendapat senada juga terdapat dalam kitab Syarah Al Mahalli Ala Syarhil Minhaj, 1/156:
سجدة الشكر لا تدخل الصلاة ) فلو فعلها فيها بطلت صلاته

HUKUM MENAMPAKKAN ATAU MENYAMARKAN

Mana yang lebih baik antara menampakkan ibadah sujud syukur kita atau menyembunyikan dari pandangan publik? Jawabnya diperinci tergantung situasi. Apabila tidak mengganggu atau tidak menyakiti perasaan orang lain, maka sebaiknya ditampakkan ke publik seperti dinyatakan dalam kitab Mughnil Muhtaj, Juz : 1 Hal : 447 :

قال في الكفاية عن الأصحاب يتظاهر بعصيانه , روى الحاكم { أنه صلى الله عليه وسلم سجد لرؤية زمن } . والسجدة لذلك على السلامة منه . ( ويظهرها للعاصي ) لعله يتوب ( لا للمبتلى ) لئلا يتأذى ويظهرها أيضا لحصول نعمة أو اندفاع نقمة , كما في الروضة وأصلها , وفي شرح المهذب فإن خاف من إظهار السجود للفاسق مفسدة أو ضررا أخفاه .

Dalam kitab Mughnil Muhtaj, 1/447 dinyatakan
أو رؤية مبتلى) في بدنه أو غيره للاتباع. رواه البيهقي وشكر الله على سلامته (أو) رؤية (عاص) يجهر بمعصيته كما نقله في الكفاية عن الأصحاب ويفسق بها كما نقله الولي العراقي عن الحاوي؛ لأن المصيبة في الدين أشد منهما في الدنيا. قال - صلى الله عليه وسلم - اللهم لا تجعل مصيبتنا في دينن

Panduan Shalat Jenazah

Solat jenazah adalah shalat yang dilakukan untuk memberi penghormatan terakhir pada seorang muslim yang sudah meninggal baik itu perempuan atau laki-laki. Anak kecil atau orang tua. Solat jenazah ada dua macam yaitu salat ghaib dan salat jenazah (hadir). Salat ghaib adalah salat jenazah yang dilakukan tidak dihadapan mayit (jenazahnya berada ditempat lain atau sudah dimakamkan). Salat jenazah hadir atau disebut dengan solat jenazah saja adalah salat jenazah yang dilakukan di depan mayit dan dilaksanakan sebelum pemakaman.

DAFTAR ISI



  1. Tata cara solat Jenazah Hadir
  2. Tata cara solat jenazah Ghaib
  3. Bacaan dalam salat jenazah yang lebih lengkap
  4. Doa solat Jenazah Setelah Takbir Keempat Lengkap

I. TATA CARA SOLAT JENAZAH

1. a. Niat salat jenazah laki-laki sebagai berikut:
اُصَلِّي علي هذا الَميّتِ ِلله تعالي
b. Niat shalat janazah perempuan sebagai berikut:
اصلي علي هذه الميتة لله تعالي
c. Apabila dilakukan secara berjemaah, tambahkan kata ma'muman atau imaman (sesuai posisi anda) sebelum kata lillahi ta'ala.

2. Salat janazah dilakukan dengan berdiri saja. Tanpa duduk.
3. Jumlah takbir salat jenazah ada empat.
a. Takbir pertama membaca: Surat Al Fatihah
b. Takbir kedua membaca sholawat Nabi. Contoh, allahumma solli ala Sayyidina Muhammad
اللهُمّ صلِّ علَي سَيِدِنا مُحمّد
c. Takbir ketiga membaca doa untuk mayit. Contoh, allahumma ighfir lahu (laha) wa afihi wa'fu 'anhu
اللهم اغْفِرْ لَه وعافِهِ واعْفُ عنه
d. Takbir keempat membaca salam sbb: assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Niat yang lengkap (hukumnya sunnah):
أصلِّي علي هذا الميت أربَعَ تَكبيرات فَرْضَ الكِفايَةِ لله تعالي

II. TATA CARA SOLAT JENAZAH GHAIB

Tata cara salat ghaib pada dasarnya sama persis dengan salat jenazah yang hadir yaitu sama-sama dilakukan dengan berdiri saja dan takbirnya ada empat takbir.

Yang sedikit berbeda adalah niatnya dan situasinya.

1. Niat salat jenazah ghaib adalah ushalli ala al mayyiti al ghaibi lillahi ta'ala
اصلي علي الميت الغائب لله تعالي
2. Salat ghaib dilakukan apabila mayit sudah dimakamkan atau yang mau mensalati berada di tempat lain.


III. TATA CARA, DAN BACAAN SOLAT JENAZAH YANG DISUNNAHKAN
Doa dan bacaan yang dibaca saat shalat jenazah pada poin I sudah cukup dan sah. Berikut tata cara/perilaku dan bacaan yang lebih lengkap yang disunnahkan dibaca.

1. Mengangkat kedua telapak tangan sampai sebatas bahu, lalu meetakkannya di antara dada dan pusar pada setiap takbir.
2. Menyempurnakan lafadz niat sebagai berikut: Ushalli 'ala hadzal mayyiti (kalau mayit laki-lai) atau Ushalli 'ala hadzihil maytati (kalau mayit perempuan) fardhal kifayati (makmuman/imaman) lillahi ta'ala.

أُصَلِي علي هذا الميت فرضَ الكِفاية لله تعالي

3. Memelankan bacaan fatihah.
4. Membaca ta'awwudz ('a'udzubillah dst) sebelum membaca al Fatihah pada takbir pertama

أعوذ بالله من الشيطان الرجيم
5. Tidak membaca do'a iftitah (kabiron wal hamdulillahi katsiron.. dst) pada/setelah takbir pertama.
6. Membaca hamdalah (alhamdulillah) sebelum membaca shalawat.
7. Menyempurnakan bacaan shalawat pada takbir ketiga, sebagai berikut:

أللهم صَلِّ علي سيدنامحمد وعلي ألِ سيدنا محمد كما صَلَيْتَ علي سيدنا إبراهيم وعلي أل سيدنا إبراهيم وبارِكْ علي سيدنا محمد وعلي أل سيدنا محمد كما باركت علي سيدنت إبراهيم وعلي أل سيدنا إبراهيم في العالمين إنك حميد مجيد
8. Membaca do'a setelah takbir keempat sebagai berikut: allahumma la tahrimna ajrohu (ajroha -- kalau mayit perempuan) wala taftinna ba'dahu. waghfir lana walahu.

اللهُمّ لاتَحرِمْنا أَجْرَهُ ولاتَفْتِنّا بَعدَهُ واغْفِرْ لنا ولَهُ

9. Menyempurnakan doa
10. Menyempurnakan salam kedua: Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh
11. Dilakukan di masjid.


IV. DOA SOLAT JENAZAH SETELAH TAKBIR KEEMPAT LENGKAP

Tata cara dan doa solat jenazah dalam poin I sudah sah dan mencukupi. Kalau ingin memperpanjang bacaan dalam setiap takbir, Anda dapat mengikuti panduan dalam poin III. Untuk bacaan do'a pada/setelah takbir keempat yang lebih sempurna, Anda dapat membaca do'a berikut:


اللهم اغْفِرْ لَهُ وارْحَمهُ وعافِهِ واعفُ عنه وأَكْرِمْ نُزولَهُ ووسِّعْ مَدخلَهُ واغْسِلْهُ بِماءٍ وثَلْج وبَرَدٍ ونَقِهِ من الخَطابا كما يُنَقَي الثَوبُ الأَبْيَضُ مِنِ الدَنَسِ وأَبْدِلْهُ دارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ وأَهْلًا خَيْراً من أهلِهِ وَزَوْجًا خَيْراً مِن زَوْجِهِ وَقِهِ فِتْنَةَ القَبْرِ وعَذَابَ النارِ اللَهُمّ اغْفِرْ ِلحَيِنا ومَيِتِنا وشاهِدِنا وغائِبِنا وصَغيرِنا وكَبيرِنا وذَكَرِنا وأُنْثانا

أللهم مَنْ أَحْيَيْتَهُ مِنا فَأَحْيِهِ عليَ الإسلام ومَنْ تَوَفَيْتَهُ مِنا فَتَوفَهُ علي الإِيمان
اللهم هَذَا عَبْدُكَ وَابْنُ عَبْدُكَ خَرَجَ مِنْ رُوْحِ الدُنْيَا وَسَعَتِها ومَحبُوبِها وأَحِبائِها فيها إليَ ظُلْمَةِ القَبْرِ وَمَا هُوَ لاَقِيَهُ كَانَ يَشْهَدُأَنْ لاإلَهَ إلاّ أنتَ وأنّ مُحمدًا عَبْدُكَ وَرَسُولُكَ وأَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ

أللَهُمَ نَزَّلَ بِكَ وَأَنْتَ خَيْرٌ مَنْزُولٌ بِهِ وأََصْبَحَ فَقِيْرًا إلي رَحْمتِكَ وأنت غَِنٌِيٌ عَنْ عَذَابِهِ وقَدْ جِِئْناكَ رَاغِبِين إلَيْكَ شُفَعاءً لَهُ

ألَلهُمَ إِنْ كَانَ محُسِنًا فَزِدْهُ فيِ إِحْسَانِهِ وإِنْ كانَ مُسِيئًا فَتَجاوَزْ عَنْهُ ولَقِّهِ بِرَحْمَتِكَ الأََمْنَ مِنْ عَذابِكَ تَبْعَثُهَ إليَ جَنَتِكَ يا أَرْحَمَ الرَاحِمين

Bacaan Doa untuk Orang Meninggal Dunia

Daftar bacaan doa lengkap terkait kematian untuk orang yang meninggal dunia sejak pertama mendengar atas wafatnya seseorang dan saat takziyah serta doa bagi keluarga yang ditinggal.

DAFTAR ISI


  1. Bacaan Doa Saat Mendengar Kematian Seseorang
  2. Bacaan Doa Saat Mendapat Musibah Kematian
  3. Doa untuk Yang Wafat (Meninggal Dunia)
  4. Bacaan Doa Ta'ziyah (Ziarah Kematian) untuk Keluarga yang Ditinggalkan
  5. Keutamaan Sabar Saat Musibah
  6. Doa Ziarah Kubur

BACAAN DOA SAAT MENDENGAR KEMATIAN SESEORANG

Apabila kita mendengar kabar tentang kematian seseorang, maka berikut bacaan doa yang sebaiknya dibaca:

إنَّا ِللهِ وإنَّا إلَيْهِ رَاجِعُوْن وَإِنَّا إليَ رَبِّنِا َلمُنْقَلِبُون
الَلهُمَّ اكْتُبْهُ عِنْدَكَ ِفي اُلمحِسنِينِ وِاجْعَلْ ِكتابَهُ ِفي ِعلّيِّين
وَاْخلُفْهُ في أَهْلِهِ في الغَابِرين
وَلا تحَرِْمْنا أَجْرَهُ وَلاَ تَفْتِنَّا بَعْدَهُ

Teks tulisan latin:

Innalillahi wa inna ilaihi raji'un wa inna ila rabbina lamunqalibun
Allahumma uktubhu 'indaka fil muhsinin waj'al kitabahu fi 'illiyyin
wakhlufhu fi ahlihi fil ghabirin
wala tahrimna ajrahu wala taftinna ba'dahu

Artinya: Sesungguhnya kami milik Allah dan kepadaNya kami kembali dan kepada Tuhan kami semua akan kembali.
Ya Allah! Tulislah dia (yang meninggal dunia) termasuk golongan orang-orang yang berbuat kebaikan di sisi Engkau dan jadikanlah tulisannya itu dalam tungkatan yang tinggi serta gantilah ahlinya dengan golongan orang-orang yang pergi dengan ketaatan PadaMu

Catatan: Doa di atas untuk mayit laki-laki. Untuk jenazah perempuan ganti kata "hu" menjadi "ha". Contoh "اكْتُبْهُ" menjadi "اكْتُبْهَا"

DOA YANG LEBIH PENDEK

إنا لله وإنا إليه راجعون اللهم أجرني في مصيبتي واخلف لي خيرا منها

Teks latin: Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun. Allhumma ajirni fi musibati wakhluf li khoiron minha

Artinya: Sesungguhnya kami milik Allah dan kepadaNya kami kembali. Ya Allah berilah kami pahala atas musibah ini dan gantilah bagiku yang lebih baik dari musibah ini.


DOA UNTUK ORANG YANG WAFAT SAAT AKAN DIKUBUR

Do'a berikut ditujukan pada orang yang mennggal saat (a) akan dibawa ke pemakaman, (b) setelah shalat jenazah atau (c) saat tahlilan 7 hari, ke- 40 hari dst.

Kata "hu" atau "hi" berarti dia atau nya untuk mayit laki-laki. Untuk jenazah perempuan ganti dengan "ha"

Teks tulisan Arab:

اللهم ابدله دارا خيرا من داره واهلا خيرا من اهله وادخله الجنة واعذه من عذاب القبر ومن عذاب النار .
اللـهـم عاملة بما انت اهله ولا تعامله بما هو اهله .
اللـهـم اجزه عن الاحسان إحسانا وعن الأساءة عفواً وغفراناً.
اللـهـم إن كان محسناً فزد من حسناته , وإن كان مسيئاً فتجاوز عن سيئاته .
اللـهـم ادخله الجنة من غير مناقشة حساب ولا سابقة عذاب .
اللـهـم اّنسه في وحدته وفي وحشته وفي غربته.
اللـهـم انزله منزلاً مباركا وانت خير المنزلين .
اللـهـم انزله منازل الصديقين والشهداء والصالحين وحسن اولئك رفيقا .
اللـهـم اجعل قبره روضة من رياض الجنة ,ولا تجعله حفرة من حفر النيران .
اللـهـم افسح له في قبره مد بصره وافرش قبره من فراش الجنة .
اللـهـم اعذه من عذاب القبر ,وجاف ِالارض عن جنبيها .
اللـهـم املأ قبره بالرضا والنور والفسحة والسرور.

نسأل الله العفو و العافيه

Teks tulisan latin:

Allahumma abdilhu daran khoiron min darihi wa ahlan khoiron min ahlihi wa adkhilhul jannata wa a'idzhu min 'adzabin qobri wamin adzabin nar.
Allahumma amilatan bima anta ahluhu wala tu'amilhu bima huwa ahluhu
Allahumma ajizhu anil ihsan ihsanan wa anil isa'ah afwan wa ghufronan
Allahumman inkana muhsinan tujihi min hasanatihi wa inkana musi'an fatajawaz an sayyiatihi
Allahumma adkhilhul jannata min ghoiri munaqoshati hisabin wala sabiqati adzabin
Allahumma insahu fi wihdatihi wafi wahsyatihi wafi ghorbatihi
Allahumma anzilhu munzalan mubarokan wa anta khoirul munzilin
Allahumman anzilhu manazilas siddiqin wasy syuhada was sholihin wahasuna ula'ika rofiqo
Allahumma ij'al qobrohu rodhotan min riyadhil jannah wala taj'alhu hufrotan min hufarin niron
Allahumma ifsah lahu fi qobrihi mudda basharihi wafrusy qobrohu min firasyil jannah
Allahumma a'idzhu min 'adzabil qobri wa jafil ardi an janbaiha
Allahumma amalan qobrohu bir ridho wannur wal fashata wassurur

Nas'alullahal afwa wal afiyah


BACAAN DOA SAAT MENDAPAT MUSIBAH KEMATIAN

Apabila salah satu dari keluarga terdekat kita wafat atau meninggal dunia, baca doa berikut:

إنَّا ِللهِ وإنَّا إلَيْهِ رَاجِعُوْن الَلهُمَّ عِنْدَكَ أَحْتَسِبُ مُصِيْبَتي فَأجِرْنِي ِفيها وَأَبْدِلْني ِمنْها خَيرًا

Teks tulisan latin:

Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un. Allahumma 'indaka ahtasibu musibati fa ajirni fiha wa abdilni minha khaira

Artinya: Sesungguhnya kami milik Allah dan kepadaNya kami kembali.
Ya Allah aku pasrah padaMu atas musibah ini, maka berilah aku pahala dan gantilah dengan yang lebih baik.


BACAAN DOA TA'ZIYAH (ZIARAH KEMATIAN)UNTUK KELUARGA YANG DITINGGAL

Apabila kita ta'ziyah atau mengunjungi orang yang wafat, maka baca doa berikut saat bertemu dengan tuan rumah atau keluarga yang ditinggalkan (yang tertimpa musibah):

أَعْظَمَ اللهُ أَجْرَكَ وَأحْسَنَ عَزَائَكَ وغَفَرَ ِلمَيِّتِكَ

Teks latin:
A'dzamaallahu ajroka wa ahsana 'aza'aka wa ghafara limayyitika

Artinya: Semoga Allah mengagungkan pahalamu, mengindahkan sabarmu dan memaafkan mayitmu.


KEUTAMAAN BERSABAR SAAT TERTIMPA MUSIBAH

Allah memerintahkan umat Islam untuk bersabar saat tertimpa musibah. Termasuk musibah kematian saat orang yang paling kita cintai meninggalkan kita. Dalam QS Al Baqarah 2:155-157 Allah berfirman

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ{155} الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُواْ إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّـا إِلَيْهِ رَاجِعونَ{156} أُولَـئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَـئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ

Artinya: Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun".
Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.


DOA ZIARAH KUBUR

Saat ziarah ke kuburan, Rasulullah menganjurkan untuk membaca bacaan doa berikut:

- Doa ziarah ke pemakaman umum (dari hadits riwayat Muslim)
السلام عليكم أهل الديار من المؤمنين والمسلمين، وإنا إن شاء الله تعالى بكم لاحقون، نسأل الله لنا ولكم العافية

ATAU doa berikut (dari hadits riwayat Tirmidzi:
السلام عليكم يا أهل القبور، يغفر الله لنا ولكم، أنتم سلفنا ونحن بالأثر

Bacaan Doa Tahlil

Tahlil atau tahlilan adalah acara dzikiran biasanya disertai dengan Yasinan (baca Surat Yasin) yang dilakukan di sebagian besar masyarakat Indonesia yang berafiliasi ke NU (Nahdlatul Ulama). Acara tahlil umumnya dilakukan pada setiap hari Jum'at. Apabila ada seseorang yang meninggal, maka tahlil dilakukan pada (a) 7 (tujuh) hari berturut-turut setelah hari pertama kematian; (b) hari ke-40; (c) hari ke-100 dan (d) hari ke-1000 (seribu) atau pada haul (acara tahunan) meninggalnya seseorang. Tahlil tidak dilakukan oleh mereka yang berafiliasi dengan Muhammadiyah atau Wahabi Salafi. Kedua kelompok ini menganggap acara tahlil sebagai bid'ah. Untuk wacana soal ini, lihat: http://www.alkhoirot.net/2013/10/hukum-tahlilan-selamatan-dan-syukuran.html

DAFTAR ISI

  1. Apa itu Tahlil
  2. Khususan Fatihah Tahlil
  3. Bacaaan Tahlil
  4. Do'a setelah Tahlil


APA ITU TAHLIL

Tahlil secara etimolOgis (pengertian bahasa) adalah membaca lafadz la ilaha ill-Allah (لاإله إلا الله). Dalam istilah sosio-kultural di Indonesia, tahlil adalah suatu acara seremoni sosial keagamaan untuk memperingati dan sekaligus mendoakan orang yang meninggal. Disebut acara sosial-budaya karena tahlil hanya dikenal dan dilakukan oleh sebagian umat Islam Indonesia. Disebut acara keagamaan karena sebagian besar bacaan-bacaan dalam tahlil diambil dari Al Quran dan Al Hadits.


KHUSUSAN FATIHAH TAHLIL

إلَى حَضْرَةِ النَّبِيِّ الْمُصْطَفَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَلْفَاتِحَةْ
ثُمَّ إلَى حَضْرَةِ إِخْوَانِهِ مِنَ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَاْلأَوْلِيَاءِ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ وَالصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَاْلعُلَمَاءِ وَاْلمُصَنِّفِيْنَ وَجَمِيْعِ اْلمَلاَئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ اَلْفَاتِحَةْ
ثُمَّ إليَ جَمِيْعِ أَهْلِ اْلقُبُوْرِ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ مِنْ مَشَارِقِ اْلاَرْضِ وَمَغَارِبِهَا بَرِّهَا وَبَحْرِهَا خُصُوْصًا اَبَاءَنَا وَأُمَّهَاتِنَا وَأَجْدَادَنَا وَجَدَّاتِنَا وَمَشَايِخَنَا وَمَشَايِخَ مَشَايِخِنَا
وَلِمَنِ اجْتَمَعْنَا هَهُنَا بِسَبَبِهِ وَخُصُوْصًا......... اَلْفَاتِحَةْ


BACAAN TAHLIL
Bacaan-bacaan detail tahlhl ada sedikit perbedaan antara satu daerah dengan daerah yang lain walaupun tidak begitu prinsip. Bacaan di bawah merupakan standar umum bacaan tahlil.
Catatan: Surat Al-Ikhlas dibaca 3x. Sedang surat Al Falaq dan An Nas masing-masing dibaca sekali.


سْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ اللَّهُ الصَّمَدُ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَد
لاَ إِلهَ إِلَّا اللهُ اَللهُ أَكْبَرْ وَلِلّهِ اْلحَمْدُ

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ * مِن شَرِّ مَا خَلَقَ * وَمِن شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ *
وَمِن شَرِّ النَّفَّـثَـتِ فِى الْعُقَدِ * وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ

لاَ إِلهَ إِلَّا اللهُ اَللهُ أَكْبَرْ وَلِلّهِ اْلحَمْدُ

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ مَلِكِ النَّاسِ إِلَهِ النَّاسِ مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ

لاَ إِلهَ إِلَّا اللهُ اَللهُ أَكْبَرْ وَلِلّهِ اْلحَمْدُ

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّين أمِينْ

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ. الم ذَلِكَ اْلكِتَابُ لاَرَيْبَ فِيْهِ هُدًى لِلْمُتَّقِيْنَ. اَلَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلاَةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُوْنَ.وَالَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِالْاخِرَةِ هُمْ يُوْقِنُوْنَ. اُولئِكَ عَلَى هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ وَاُولئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ. وَإِلهُكُمْ إِلهُ وَاحِدٌ لاَإِلهَ إِلاَّ هُوَ الرَّحْمنُ الرَّحِيْمُ اللهُ لاَ إِلَهَ اِلاَّ هُوَ اْلحَيُّ الْقَيُّوْمُ لاَتَأْخُذُه سِنَةٌ وَلاَنَوْمٌ. لَهُ مَافِى السَّمَاوَاتِ وَمَافِى اْلأَرْضِ مَنْ ذَالَّذِى يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَابَيْنَ أَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلاَيُحِيْطُوْنَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَلاَ يَؤدُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ. لِلّهِ مَافِى السَّمَاوَاتِ وَمَا في اْلأَرْضِ وَإِنْ تُبْدُوْا مَافِى أَنْفُسِكُمْ أَوْ تُخْفُوْهُ
يُحَاسِبْكُمْ بِهِ اللهِ فَيُغْفِرُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ. وَاللهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. امَنَ الرَّسُوْلُ بِمَا أُنْزِلَ اِلَيْهِ مِنْ رَبَّهِ وَالْمُؤْمِنُوْنَ. كُلٌّ امَنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لاَنُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ وَقَالُوْا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيْرُ. لاَيُكَلِّفُ نَفْسًا إِلاَّ وُسْعَهَا لَهَا مَاكَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَااكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لاَتُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِيْنَ أَوْ أَخْطَعْنَا رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَطَاقَةَ لَنَا بِهِ

وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا 7
أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ. إِرْحَمْنَا يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ 7

أللّهمّ اصْرِفْ عَنَّا السُّوْءَ بِمَا شِئْتَ وَكَيْفَ شِئْتَ إِنَّكَ عَلَى مَاتَشَاءُ قَدِيْرُ 3

وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الْبَيْتِ إِنَّهُ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. إِنَّمَا يُرِيْدُ اللهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيْرًا. إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِي يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ أمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمَا.

أَللّهُمَّ صَلِّ أَفْضَلَ الصَّلاَةِ عَلَى أَسْعَدِ مَخْلُوْقَاتِكَ نُوْرِ الْهُدَى سَيِّدِنَا وَمَوْلاَناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدْ. عَدَدَ مَعْلُوْمَاتِكَ وَمِدَادَ كَلِمَاتِكَ كُلَّمَا ذَكَرَكَ الذَّاكِرُوْنَ. وَغَفَلَ عَنْ ذِكْرِكَ الْغَافِلُوْنَ.

أَللّهُمَّ صَلِّ أَفْضَلَ الصَّلاَةِ عَلَى أَسْعَدِ مَخْلُوْقَاتِكَ شَمْسِ الضُّحَى سَيِّدِنَا وَمَوْلاَناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدْعَدَدَ
مَعْلُوْمَاتِكَ وَمِدَادَ كَلِمَاتِكَ كُلَّمَا ذَكَرَكَ الذَّاكِرُوْنَ. وَغَفَلَ عَنْ ذِكْرِكَ الْغَافِلُوْنَ

أَللّهُمَّ صَلِّ أَفْضَلَ*الصَّلاَةِ عَلَى أَسْعَدِ مَخْلُوْقَاتِكَ بَدْرِ الدُّجَى سَيِّدِنَا وَمَوْلاَناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدْ. عَدَدَ مَعْلُوْمَاتِكَ وَمِدَادَ كَلِمَاتِكَ كُلَّمَا ذَكَرَكَ الذَّاكِرُوْنَ. وَغَفَلَ عَنْ ذِكْرِكَ الْغَافِلُوْنَ.

وَسَلِّمْ وَرَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْ سَادَتِنَا أَصْحَابِ رَسُوْلِ اللهِ أَجْمَعِيْنَ. وَحَسْبُنَا الله وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ نِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيْرُ. وَلاَحَوْلَ وَلاَقُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ

أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْم 3

أَفْضَلُ الذِّكْرِ فَاعْلَمْ أَنَّهُ لاَإِلهَ إِلاَّ اللهُ حَيٌّ مَوْجُوْدٌ لاَإِلهَ إِلاَّ اللهُ حَيٌّ مَعْبُوْدٌ لاَإِلهَ إِلاَّ اللهُ حَيٌّ بَاقٍ ,

اَإِلهَ إِلاَّ اللهُ 100
لاَإِلهَ إِلاَّ اللهُ لاَإِلهَ إِلاَّ اللهُ
لاَإِلهَ إِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ نَبِيُّ الله
لاَإِلهَ إِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ الله
أَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدْ أَللّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ
أَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدْ يَارَبِّ صَلِّ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ
صَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدْ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ

بْحَانَ الله وَبِحَمْدِهِ سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ 33
أَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى حَبِيْبِكَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدْ وَعَلَى الِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ
أَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى حَبِيْبِكَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدْ وَعَلَى الِهِ وَصَحْبِهِ وَبَارِكْ وَسَلِّمْ
أَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى حَبِيْبِكَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدْ وَعَلَى الِهِ وَصَحْبِهِ وَبَارِكْ وَسَلِّمْ أَجْمَعِيْنَ. الفاتحة



DOA SETELAH TAHLIL
Bacaan doa setelah tahlil selesai adalah sebagai berikut (pilih salah satu):


DOA TAHLIL I:


أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمن الرَّحِيْمِ. اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ. أَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ فِى اْلأَوَّلِيْنَ وَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ فِى اْلأخِرِيْنَ وَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ فِى كُلِّ وَقْتٍ وَحِيْنٍ وَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ فِى اْلمَلَإِ اْلأَعْلَى إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ . أَللّهُمَّ اجْعَلْ وَأَوْصِلْ ثَوَابَ مَا قَرَأْنَاهُ مِنَ اْلقُرْأنِ الْعَظِيْمِ . وَمَا هَلَّلْنَاهُ مِنْ قَوْلِ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَقَوْلِ سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ وَمَا صَلَّيْنَاهُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ فِى هذَااْلمَجْلِسِ اْلمُبَارَكِ هَدِيَّةً وَاصِلَةً إِلَى حَضْرَةِ سَيِّدِناَ وَنَبِيِّناَ وَمَوْلَناَ مُحَمَّدٍ ثُمَّ إِلَى أَرْوَاحِ أباَئِهِ وَإِخْوَانِهِ مِنَ اْلأَنْبِيَاءِ وَاْلمُرْسَلِيْنَ وَأَلِهِ وَ أَصْحَابِهِ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّاتِهِ وَأَهْلِ بَيْتِهِ أَجْمَعِيْنَ
وَاْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ وَالأَئِمَّةِ اْلمُجْتَهِدِيْنَ وَاْلعُلَمَاءِ اْلعَامِلِيْنَ وَأَهْلِ طَاعَتِكَ أَجْمَعِيْنَ . وَخُصُوْصًا إِلى رُوْحِ ( فُلَانْ إِبْنُ فُلَانْ ) أَللّهُمَّ اجْعَلْهُ فِدَاءً لَهُ مِنَ النَّارِ وَفِكَاكاً لَهُمْ مِنَ النَّارِ . أَللّهُمَّ اغْفِرْلَهُمْ وَعَافِهِمْ وَاعْفُ عَنْهُمْ وَوَالِدِيْنَا وَوَالِدِيْهِمْ وَلِجَمِيْعِ اْلمُسْلِمِيْنَ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ . أَللّهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلَامَ وَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَأَهْلِكِ اْلكَفَرَةَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ , وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَأَعْلِ كَلِمَتَكَ إِلى يَوْمِ الدِّيْنِ , أَللّهُمَّ أَمِنَّا فِىْ دُوْرِنَا , وَأَصْلِحْ وَلَاةَ أُمُوْرِنَا وَاجْعَلِ اللّهُمَّ وِلَايَتَنَا فِيْمَنْ خَافَ وَاتَّقَاكَ . أَللّهُمَّ انْصُرْ سُلْطَانَنَا سُلْطَانَ اْلمُسْلِمِيْنَ , وَانْصُرْ وُزَرَاءَهُ وَوُكَلاَءَهُ وَعَسَاكِرَهُ وَعُلَمَاءَهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. وَاكْتُبِ السَّلاَمَةَ وَاْلعَافِيَةَ عَلَيْنَا وَعَلَى اْلحُجَّاجِ
وَاْلغُزَاةِ وَاْلمُسَافِرِيْنَ وَاْلمُقِيْمِيْنَ فِى إِنْدُوْنَيْسِيَّا وَغَيْرِهِمْ مِنَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَألِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ وَاْلحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ
أمين


DOA TAHLIL 2


أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. حَمْدَ الشَّاكِرِيْنَ حَمْدَ النَّاعِمِيْنَ، حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ. يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلَالِ وَجْهِكَ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ.

اللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ فِى اْلاَوَّلِيْنَ.
وَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ فِى اْلآخِرِيْنَ.
وَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ فِيْ كُلِّ وَقْتٍ وَحِيْنٍ.

وَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ فِى الْملاَءِ اْلاَعْلَى اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللهُمَّ اجْعَلْ وَاَوْصِلْ وَتَقَبَّلْ مَا قَرَأْنَاهُ مِنَ الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَمَا قُلْنَاهُ مِنْ قَوْلِ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَمَا سَبَّحْنَا اللهَ وَبِحَمْدِهِ.

وَمَا صَلَّيْنَاهُ عَلَى النَّبِيِّ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِئْ هَاذَا الْمَجْلِسِ الْمُبَارَكِ هَدِيَّةً وَّاصِلَةً وَّرَحْمَةً نَّازِلَةً وَّبَربكَةً شَامِلَةً وَصَدَقَةً مُتَقَبَّلَةً نُقَدِّمٌ ذَالِكَ وَنُهْدِئهِ اِلَى حَضْرَةِ سَيِّدِنَا وَحَبِيْبِنَا وَشَفِيْعِنَا وَقُرَّةِ اَعْيُنِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. وَاِلَى جَمِيْعِ اِخْوَانِهِ مِنَ اْلاَنْبِيَاءِ وَالْمُرَْلِيْنَ، وَاْلاَوْلِيَاءِ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ وَالصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَالْعُلَمَاِءِ الْعَامِلِيْنَ وَالْمُصَنِّفِيْنَ الْمُخْلَصِيْنَ وَجَمِيْعِ الْمُجَاهِدِيْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَالْمَلاَئِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ خُصُوْصًا اِلَى سَيِّدِنَا الشَّيْخِ عَبْدِ الْقَادِرِ الْجَيْلاَنِى.

وَخُصُوْصًا اِلَى حَضْرَةِ رُوْحِ (nama yang meninggal)

ثُمَّ اِلَى جَمِيْعِ اَهْلِ الْقُبُوْرِ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ مِنْ مَشَارِقِ اْلاَرْضِ وَمَغَارِبِهَا بَرِّهَا وَبَحْرِهَا خُصُوْصًا اِلَى آبَائِنَا وَاُمَّهَاتِنَا وَاَجْدَاتِنَا وَجَدَّاتِنَا وَنَخُصُّ خُصُوْصًا اِلَى مَنِ اجْتَمَعْنَا هَاهُنَا بِسَبَبِهِ وَِلاََجْلِهِ. اَللهُمَّ اغْفِرْلَهُمْ وَارْحَمْهُمْ وَعَافِهِمْ وَاعْفُ عَنْهُمْ. اَللهُمَّ اَنْزِلِ الرَّحْمَةَ وَالْمَغْفِرَةَ عَلَى اَهْلِ الْقُبُوْرِ مِنْ اَهْلِ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ. رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. اَلْفَاتِحَةُ..

DOA TAHLIL 3


أَسْتَغْفِرُاللهَ الْعَظِيْمَ ۳ xيَا مَوْلَنَا يَا مَعْبُوُد اَللّهُمَّ صَلِّ عَلى حَبِيْبِكَ سَيِّدِنَا وَنَبِيَّنَا وَمَوْلنَاَ مُحَمَّدٍ وَسَلِّمْ وَرِضِيَ اللهُ تَبَارَكَ تَعَالى عَنْ أَصْحَابِ رَسُوْلِلّهِ اَجْمَعِيْنَ
اَلْحَمْدُِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ حَمْدًا شَاكِرِيْنَ حَمْدًا نَاعِمِيْنَ حَمْدًا يُعَافِعُهُ وَ يُكَافِئُ مَزِيْدَهُ يَارَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَايَنْبَغِى لِجَلاَلِكَ الْكَرِيْمِ وَلِعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ
اَللّهُمَّ صَلِّ عَلى سّيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ نَاصِرِ الْحَقِّ بِالْحّقِّ وَالْهَادِيْ إِلى صِرَاطِكَ الْمُسْتَقِيْمِ وَعَلى الِهِ حَقَّ قَدْرِه وَمِقْدَارِهِ الْعَظِيْمِ
اَللّهُمَّ تَقَبَّلْ وَاَوْصِلْ ثَوَابَ مَا قَرَأْنَاهُ مِنَ الْقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَمَا هَلَّلْنَا وَمَا سَبَّحْنَا وَماَ اسْتَغْفَرْنَا وَمَا صَلَّيْناَ عَلى سَيْدِنَا مُحَمَّدٍ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَدِيَّةً وَاصِلَةً وَرَحْمَةً نَازِلَةً وَبَرَكَةً شَامِلَةً اِلى حَضْرَةِ حَبِيْبِنَا وَشَفِيْعِنَا وَقُرَّةِ اَعْيُنِنَا سَيْدِنَا وَمَوْلَنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاِلى جَمِيْعِ إِخْوَانِهِ مِنَ اْلأَنْبِيَاءِ وَاْلمُرْسَلِيْنَ وَاْلاَوْلِيَاءِ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ وَالصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَاْلعُلَمَاءِ اْلعَامِلِيْنَ وَجَمِيْعِ اْلمَلاَئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ ثُمَّ اِلى جَمِيْعِ اَهْلِ الْقُبُوْرِ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ مِنَ مَشَارِقِ اْلاَرْضِ اِلَى مَغَرِّبِهِا بَرِّهَا وَبَحْرِهَا وَاِلى اَرْوَاحِ اَبَائِنَا وَاُمَّهَاتِنَا وَاَجْدَادِنَا وَجَدَّاتِنَا وَمَشَايِخِنَا وَمَشَايِخِ مَشَايِخِنَا وَاَسَاتِذَاتِنَا وَاِلى رُوْحِ خُصُوْصًا .....اَللّهُمَّ اغْفِرْ لَهُمْ وَارْحَمْهُمْ وَعَافِهِمْ وَاعْفُ عَنْهُمْ اَللّهُمَّ لاَ تَحْرِمْنَا اَجْرَهُمْ وَلاَ تَفْتِنَا بَعْدَ هُمْ وَاغْفِرْ لَنَا وَلَهُمْ
رَبَّنَا اَتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عََذَابَ النَّارِ
وصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عِلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Terkait: http://www.alkhoirot.net/2013/10/hukum-tahlilan-selamatan-dan-syukuran.html

Doa Nurbuat

Asalamu'alaikum.. Pak saya mau tanya,

1). Benarkah do'a nurbuat itu sesat? Karena ada beberapa blog yang membahas kesesatan do'a nurbuat, alasan'a do'a nurbuat sudah di rubah teksnya dan do'a nurbuat bnyak versinyaa. Dan Saya juga mengamalkan do'a nurbuat, tapi setelah membaca di blog saya jadi ragu2 tuk mengamalkannya lagi.

2). Benarkah berdo'a meminta panjang umur itu dilarang?

DAFTAR ISI

  1. Apa itu Doa Nurbuat?
  2. Dalil Dasar Doa Nurbuat?
  3. Hukum Doa Nurbuat dan Doa Lain yang Bukan dari Quran dan Hadits
  4. Teks Bacaan Doa Nurbuat
  5. Hukum Doa Minta Panjang Umur

APA ITU DOA NURBUAT?

Doa Nurbuat mungkin berasal dari kata bahasa Arab Nurun Nubuwwah (Arab, نور النبوة )
atau cahaya kenabian. Nurbuat adalah doa yang dipercaya memiliki banyak khasiat antara lain seperti Dapat disayangi oleh musuh, jika dibaca ketika hendak keluar rumah. Dapat menjadi penjaga rumah dari gangguan jin, sihir, santet dan bahaya lainnya, jika ditulis lalu disimpan di dalam rumah, dll.

Doa Nurbuat biasa terdapat dalam kumpulan doa Majmuk Syarih (مجموع شريف) yang biasa menjadi buku pegangan para santri.

DALIL DASAR DOA NURBUAT

Sebagian kecil yakni beberapa kalimat pertama dari doa nurbuat tampaknya berasal dari hadits Jibril yang mengajarkan Nabi doa untuk mengobati mata kedua cucunya Hasan dan Husain berdasarkan hadits riwayat Ibnu Asakir di bawah.

- Ibnu Katsir dalam Tafsir Ibnu Kathir meriwayatkan sebuah hadits riwayat Ibnu Asakir :
عن علي – رضي الله عنه - : ( أن جبريل أتى النبي صلى الله عليه وسلم فوافقه مغتماً فقال : يا محمد ، ما هذا الغم الذي أراه في وجهك ؟ قال " الحسن والحسين أصابتهما عين " قال : صدِّق بالعين ، فإن العين حق ، أفلا عوذتهما بهؤلاء الكلمات ؟ قال : " وما هن يا جبريل " قال : قل اللهم ذا السلطان العظيم ، ذا المن القديم ، ذا الوجه الكريم ، ولي الكلمات التامات ، والدعوات المستجابات ، عافِ الحسن والحسين من أنفس الجن وأعين الإنس
فقالها النبي صلى الله عليه وسلم فقاما يلعبان بين يديه ، فقال النبي صلى الله عليه وسلم : " عوّذوا أنفسكم ونساءكم وأولادكم بهذا التعويذ ، فإنه لم يتعوذ المتعوذون بمثله

Artinya: Dari Ali bin Abi Thalib bahwa malaikat Jibril datang pada Nabi yang sedang tampak sedih. Jibril bertanya: Wahai Muhammad, kenapa wajahmu tampak sedih? Nabi menjawab: Hasan dan Husain sedang sakit mata. Jibril berkata: sembuhkan matanya karena mata punya hak. Apakah kamu tidak mendoakan keduanya dengan kalimat-kalimat itu? Nabi bertanya: Kalimat apa? Jibril menjawab: Katakan "اللهم ذا السلطان العظيم ذا المن القديم ، ذا الوجه الكريم ، ولي الكلمات التامات ، والدعوات المستجابات ، عافِ الحسن والحسين من أنفس الجن وأعين الإنس"
Kemudian Nabi mengucapkan doa tersebut maka Hasan dan Husain langsung dapat berdiri dan bermain di sekitar Nabi. Nabi bersabda: mintalah perlindungan untuk dirimu, istrimu dan anak-anakmu dengan doa ini.

- Namun ada perbedaan sedikit yaitu pada kata "dza" pada hadits dan "dzi" pada doa Nurbuat yang walaupun tidak merubah makna akan tetapi secara gramatika bahasa Arab kurang tepat walaupun bisa saja dengan mengira-ngira huruf jar.

- Karena doa Nurbuat disebut juga dengan doa Jibril, maka kemungkinan ulama pertama yang memperkenalkan doa ini mengambilnya dari hadits di atas yang kemudian ditambah sendiri dengan bacaan yang lain.

- Dapatlah disimpulkan bahwa doa Nurbuat adalah sebagiannya berdasarkan hadits riwayat Ibnu Asakir sedangkan sebagian teks yang lain tidak berdasar hadits (tidak maktsurah)

HUKUM DOA NURBUAT DAN DOA LAIN YANG BUKAN DARI NABI

Menanyakan hukum doa Nurbuat sebenarnya sama dengan menanyakan pertanyaan umum seperti ini: Bolehkah membaca doa yang tidak atau bukan berasal dari Nabi? Menurut Al-Manawi dalam kitab Faidhul Qadir hukumnya boleh akan tetapi doa yang berasal dari Nabi lebih utama.
ويسن لهم الدعاء له بحضرته وفي غيبته بالمأثور وبغيره، والمأثور أفضل

Yang terpenting dalam doa tersebut tidak mengandung kalimat yang bertentangan dengan syariah.

Untuk doa saat di dalam shalat 5 waktu (bukan setelah atau sebelum shalat), terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang boleh tidaknya doa yang berasal dari Quran dan hadits (ma'tsuroh) dan yang bukan berasal dari Quran dan hadtis. Rinciannya sebagai berikut:

Pertama, doa yang berasal dari Quran dan hadits hukumnya boleh secara ijmak (kesepakatan) ulama kecuali pendapat Nakha'i dan Thawus dan sebagian pendapat dalam madzhab Hanafi yang hanya membolehkan doa yang berasal dari Quran saja.

Kedua, doa yang berasal dari para Sahabat dan kalangan salaf as-shalih hukumnya sama dengan yang pertama yakni boleh kecuali pendapat Nakha'i dan Thawus.

Ketiga, doa yang menyerupai doa ma'tsur ada perbedaan ulama antara yang membolehkan dan tidak.

Intinya, bahkan dalam shalat pun boleh seorang muslim berdoa dengan doa yang bukan berasal dari Quran dan hadits asalnya doanya untuk kebaikan baik kebaikan dunia maupun kebaikan akhirat.

Apalagi, kalau doa itu di luar shalat seperti doa Nurbuat dan yang lain.

TEKS BACAAN DOA NURBUAT


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ وَاَفْضَلُ الصَّلاَةِ وَاَتَمُّ التَّسْلِيْمِ عَلىٰ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَليٰ آلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ

اَللّٰهُمَّ ذِى السُّلْطَانِ الْعَظِيْمِ ، وَذِى الْمَنِّ الْقَدِيْمِ ، وَذِي الْوَجْهِ الْكَرِيْمِ ، وَوَلِيِّ الْكَلِمَاتِ التَّآمَّاتِ ، وَالدَّعَوَاتِ الْمُسْتَجَابَةِ ، عَاقِلِ الْحَسَنِ وَالْحُسَيْنِ مِنْ اَنْفُسِ الْحَقِّ ، عَيْنِ الْقُدْرَةِ والنَّاظِرِيْنَ ، وَعَيْنِ الْاِنْسِ وَالْجِنِّ ، وَاِنْ يَّكَادُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَيُزْ لِقُوْنَكَ بِاَبْصَارِهِمْ لَمَّا سَمِعُوا الذِّكْرَ وَيَقُوْلُوْنَ اِنَّهُ لَمَجْنُوْنَ ، وَمَا هُوَ اِلاَّ ذِكْرٌ لِلْعَالَمِيْنَ ، وَمُسْتَجَابُ لُقْمَانَ الْحَكِيْمِ ، وَوَرِثَ سُلَيْمَانُ دَوُدَ عَلَيْهِمَا السَّلَامُ الْوَدُوْدُ ذُو الْعَرْشِ الْمَجِيْدِ ، طَوِّلْ عُمْرِيْ ، وَصَحِّحْ اَجْسَادِيْ ، وَاقْضِ حَاجَتِيْ ، وَاَكْثِرْ اَمْوَالِيْ وَاَوْلَادِيْ ، وَحَبِّبْ لِلنَّاسِ اَجْمَعِيْنَ ، وَتَبَاعَدِ الْعَدَاوَةَ كُلَّهَا مِنْ بَنِيْ آدَمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ ، مَنْ كَانَ حَيًّا وَّيَحِقَّ الْقَوْلُ عَلَي الْكَافِرِيْنَ ، وَقُلْ جَآءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ ، اِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوْقًا ، وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْاٰنِ مَاهُوَ شِفَآءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِيْنَ ، وَلَايَزِيْدُ الظَّالِمِيْنَ اِلَّا خَسَارًا ، سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ ، وَسَلَامٌ عَلَي الْمُرْسَلِيْنَ ، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ ، وَصَلَّى اللهُ عَلىٰ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىٰ آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَأَتْبَاعِهِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

Artinya: Ya Allah, Zat Yang memiliki kekuasaan yang agung, yang memiliki anugerah yang terdahulu, memiliki wajah yang mulia, menguasai kalimat-kalimat yang sempurna, dan doa-doa yang mustajab, penanggung Hasan dan Husain dari jiwa-jiwa yang haq, dari pandangan mata yang memandang, dari pandangan mata manusia dan jin.

Dan sesungguhnya orang-orang kafir benar-benar akan menggelincirkan kamu dengan pandangan mereka, ketika mereka mendengar Al-Quran dan mereka berkata: “Sesungguhnya ia (Muhammad) benar-benar orang yang gila, dan Tiadalah itu semua melainkan sebagai peringatan bagi seluruh alam. Allah yang mengabulkan do’a Luqmanul Hakim dan mewariskan Sulaiman bin Daud A.S. Allah adalah Zat Yang Maha Pengasih lagi memiliki singgasana yang Mulia, panjangkanlah umurku, sehatlah jasad tubuhku , kabulkan hajatku, perbanyakkanlah harta bendaku dan anakku, cintakanlah semua manusia, dan jauhkanlah permusuhan dari anak cucu Nabi Adam A.S., orang-orang yang masih hidup dan semoga tetap ancaman siksa bagi orang-orang kafir. Dan katakanlah: “Yang haq telah datang dan yang batil telah musnah, sesungguhnya perkara yang batil itu pasti musnah”.

Dan Kami turunkan dari Al-Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman, dan Al-Quran tidak akan menambah kepada orang-orang yang berbuat aniaya melainkan hanya kerugian. Maha Suci Allah Tuhanmu Tuhan Yang Maha Mulia dari sifat-sifat yang di berikan oleh orang-orang kafir.Dan semoga keselamatan bagi para Rasul.Dan segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam.

HUKUM DOA MINTA PANJANG UMUR

Doa meminta/memohon diberi panjang umur itu boleh, tidak dilarang. Al-Haitami dalam Al-Fatawa al-Fiqhiyah Al-Kubro mengatakan ( ويجوز الدعاء بطول العمر، كما دعا به النبي صلى الله عليه وسلم لأنس) Boleh berdoa panjang umur sebagaimana doa Nabi kepada Anas.

Dalam sebuah hadits riwayat Bukhari dari Anas di mana ibu Anas meminta Nabi agar mendoakan Anas. Nabi mendoakan Anas demikian
اللهم أكثر ماله وولده، وبارك له فيما أعطيته
Artinya: Ya Allah, perbanyaklah harta Anas dan anaknya. Dan berkatilah yang Engkau berikan padanya.

Menurut Bukhari, doa Nabi ini berisi doa panjang umur.

Dalam riwayat lain Nabi besabda: اللهم أكثر ماله وولده، وأطل حياته، واغفر له
Artinya: Ya Allah banyakkanlah harta Anas dan anaknya. Dan panjangkanlah umurnya. Dan maafkanlah dosanya.